Kemenangan H2N Adalah Kemenangan Rakyat Manggarai

POJOKREDAKSI.COM – Pemilihan kepala daerah yang ditempuh melalui jalur demokrasi adalah napak tilas sebuah proses untuk menemukan sosok pemimpin yang mampu menghadirkan kebaikan bersama (bonum commune).

Frans Magnis Suseno mengingatkan ini terus menerus bahwa pemilu bukan untuk memilih yang terbaik akan tetapi mencegah yang buruk berkuasa. Sebab apabila yang buruk memegang tongkat kekuasaan, maka mustahil kepentingan rakyat akan diakomodir.

Untuk mencegah buruknya kekuasaan tersebut maka rakyat sebagai civil society perlu bahu membahu, gotong royong membidani kelahiran pemimpin yang sungguh-sungguh lahir dari nurani mereka. Pemimpin yang terpilih mesti cerminan kerinduan terdalam dari “Palung Nurani” rakyat.

Wajah Pilkada Manggarai

Kontestasi Pilkada Manggarai yang baru saja usai pada 9 Desember kemarin adalah dalam rangka membidani kelahiran pemimpin itu. Rakyat Manggarai telah membayar begitu mahal atas kelahiran pemimpin baru itu. Sembari menunjukkan kepada dunia soal capaian peradaban demokrasi Manggarai yang telah berlangsung demokratis, bersih, jujur, dan adil.

Rakyat Manggarai telah turun gunung dengan tingkat partisipasi yang begitu tinggi. Mereka tidak peduli lagi dengan hujan dan badai karena memang musimnya sudah tiba. Bahkan “Covid-19” yang menjadi kekhawatiran secara nasional tidak membuat mereka ke luar dari arena perhelatan pilkada 2020 sebagai penonton.

Bentuk partisipasi ini adalah kristalisasi dari kedambaan akan sosok pemimpin yang membawa mereka pada perubahan. Mereka juga telah melintas dalam belantara demokrasi tersebut (Pilkada) dengan kompas yang bernama nurani agar tidak tersesat. Saat seperti ini mereka telah menunjukkan taring dari civil society.

Mereka tanpa ragu telah memilih pasangan Heri Nabit – Heri Ngabut (H2N) sebagai kepala daerah kabupaten Manggarai periode 2020-2025. Dan menariknya mereka bersama paket ini (pengusung tagline Perubahan) menyeruhkan perubahan itu sendiri.

Faktanya rakyat telah turun gunung untuk menyeruhkan perubahan Manggarai itu sendiri dan memulainya dengan memolesi wajah kekuasaan. Mereka terlibat, solid dan dengan kerelaan serta tanpa paksaan bersama-sama membedah kelahiran H2N dengan pisau beda demokrasi.

Sederhananya merekalah yang berjuang menghadirkan wajah pemimpin yang baru untuk membawa Manggarai lebih baik. Dengan demikian mereka (rakyat) sendirilah yang menentukan regenerasi wajah kekuasaan Manggarai sesuai dengan prinsip demokrasi.

Baca Juga :  Ada Kecemburuan antara Kata "Anjay" dan "Lonte"

Maka sangatlah tepat, pantas dan layak jika kemenangan H2N ditempatkan sebagai kemenangan rakyat. Artinya, tanpa rakyat, H2N bukan siapa-siapa.

Keterlibatan rakyat itu untuk membedah wajah kepemimpin di Manggarai bukan hanya di tunjukkan dari perolehan suara yang menempatkan paket H2N sebagai pemenang. Pergi ke TPS kemarin hanyalah rangkaian ritual pilkada.

Jauh-jauh hari sebelumnya masyarakat telah dengan sadar dan melalui cara-cara sederhana menunjukkan partisipasinya. Hal itu terbukti dari rangkaian kampanye pasangan H2N dimana masyarakat dengan cara masing-masing secara aktif berkontribusi menyumbangkan uang, beras, kopi dan hal lain.

Melalui cara ini sangatlah mudah bisa dibaca bahwa masyarakat Manggarai tidak latah dalam berdemokrasi. Mereka terlibat sebagai orang Manggarai yang nota bene sudah terbiasa hidup gotong royong. Mereka berdemokrasi dengan “Demokrasi Ala Manggarai” yang tidak ditemukan di Eropa sana bahwa warga mempersembahkan hasil kebunnya untuk kandidat yang mereka pilih.

Fenomena ini bisa dikatakan sebagai keajaiban Demokrasi di Manggarai. Ya ini “Amazing Democration”, dimana mereka telah memberi dari kekurangan yakni dari sepotong hati rakyat yang mendambakan perubahan. Mereka yang terlibat dan menjadi sejarah baru dalam demokrasi di Tanah Nuca Lale ini.

Kemenangan H2N pun tak melahirkan Ego-Sentris dalam arti tidak berpusat pada pasangan ini saja. Tidak juga menciptakan kultus pada kedua tokoh ini. Tetapi Kemenangan ini adalah Manggarai Sentris yakni bertumpu pada perjuangan atau kekuata rakyat Manggarai. Bukan satu-satunya bertumpu pada kekuatan calon.

Maka ini adalah kerjasama seluruh rakyat Manggarai. Ini terbukti dari hasil pilkada, dimana hampir semua kecamatan H2N unggul. Artinya rakyat menginginkan suatu regenerasi dalam sistem pemerintahan Manggarai.

H2N merupakan pemimpin yang tidak membeda-bedakan warga atas dasar pilihan politiknya, suku, agama, jenis kelamin, dan status sosialnya. H2N selalu mengedepankan budaya Manggarai yakni ase kae, wan koe itan tua. Semuanya sama dan tidak ada perbedaan karena kita lahir dari rahim yang sama yaitu Tanah Nuca Lale.

Rakyat Terus Mengkawal

Demokrasi lokal yang sarat dengan gambaran betapa partisipasi langsung masyarakat menjadi tolok ukur nyata dalam demokrasi Manggarai kali ini. Namun menjadi pekerjaan rumah (PR) selanjutnya adalah agar menjauhkan anggapan bahwa setelah pilkada, proses demokrasi sudah dianggap semuanya telah usai.

Mengingat pesta demokrasi sejatinya tidak berhenti kepada titik pemilihan pemimpin saja. Masih ada yang lebih subtstantif yakni mempertanyakan bentuk komitmen nyata pemimpin daerah yang terpilih untuk memenuhi hasrat mensejahterakan rakyat yang kerap kali diusung dalam janji kampanyenya.

Baca Juga :  Demokrasi Anarkis

Maka secara substansif, kemenangan rakyat ini belum selesai sebelum Visi Misi serta program strategis dikerjakan dan dibuktikan oleh H2N. Saat ini, Manggarai tidak hanya butuh partisipasi (saat memilih saja) tapi mesti berkelanjutan (On Going). Hal ini ditunjukkan responsivitas rakyat untuk mengawal semua proses kerja H2N setelah dilantik menjadi Bupati dan Wakil Bupati.

Rakyat Manggarai harus mengawal gagasan mewujudkan Manggarai Maju dan Berdaya Saing: “Bolek Loke – Baca Tara, Tela Galang Peang – Kete Api One” akan dapat dicapai melalui perjuangan bersama. Syaratnya semua bersatu dan mengelola Sumber Daya dengan cara gotong royong.

Partisipasi dan responsivitas masyarakat sangat dibutuhkan demi terwujudnya Visi Misi H2N. Karena kemenangan H2N adalah Kemenangan Masyarakat Manggarai maka semua elemen masyarakat perlu mengambil bagian dalam proses berjalannya sistem pemerintahan dibawah kepemimpinan H2N.

Maka taring civil soviety tadi tidak terhenti dalam kontestasi Pilkada saja. Ada pekerjaan yang lebih berat lagi yakni bersama-sama mengerjakan rumah kita yaitu Tanah Mbate, Tanah Manggarai. Bukan hanya H2N saja sebagai pemimpin akan tetapi dituntut juga etos kerja seluruh rakyat Manggarai.

Sebagai civil society yang memiliki taring maka tidak boleh cepat lepas tangan tetapi terus mengkawal untuk terwujudnya Manggarai Maju Berdaya Saing yang tentunya dikontrol secara ketat oleh rakyat.

Lapor Om Hery

Sementara itu H2N sendiri harus tetap komitmen untuk melayani rakyat Manggarai termasuk dengan menjalankan Lapor Om Hery sebagai bentuk gerakan baru dalam mengontrol setiap program yang dikerjakan oleh setiap OPD pemerintah Kabupaten Manggarai.

Selain itu, H2N harus menyediakan satu ruang khusus di Kantor Bupati yang dinamai “Mbaru Tiba Meka” yang memiliki “Lutur”, tikar yang digelar dan “Lopa Cepa”. Tujuannya adalah masyarakat tidak menjadi terasing saat mengunjungi ruangan kerja Bupati atau Wakil Bupati dan begitu juga sebaliknya.

Kantor Bupati adalah rumah kita bersama. Rumah rakyat Manggarai. Siapa pun dia, dia berhak untuk mengunjungi Mbaru (kantor bupati).

Mbaru Tiba Meka ini didesign khusus untuk melayani rakyat. Terlebih khusus untuk keluhan rakyat, kritikan, masukan, atau hal lain yang berkaitan dengan kehidupan rakyat Manggarai yang merasa belum mendapat keadilan dari pelayanan birokrasi yang tidak sesuai Standar Prosedural Operasional (SPO).

Baca Juga :  Bupati Hery Nabit Janji Bereskan Data Penerima Bantuan Sosial

Melalui Mbaru Tiba Meka ini rakyat Manggarai diberi kesempatan untuk mengadu secara langsung ke kantor Bupati.

Fenomena saat kampanye adalah rakyat melayani Heri Nabit dan Heri Ngabut secara tulus dan senang hati. Hendaknya fenomena ini diterapkan oleh H2N ketika menjalankan sistem pemerintahan nantinya. Hal ini perlu diterapkan demi mewujudkan pemerintahan yang bersih dan sehat sertta menjadi ruang keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan Manggarai.

Keterlibatan masyarakat sangat diharapkan agar tidak berhenti pada proses PILKADA, tapi lebih jauh terlibat aktif mengawasi dan mengoreksi kerja Bupati dan Wakil Bupati terpilih nantinya.

Bagi Bupati dan Wakil Bupati terpilih, sebagai perwujudan keinginan masyarakat terhadap perubahan, maka terapkan Budaya Manggarai yang dalam peribahasa (Go’et) “Neka Ngonde Holes – Neka Mejeng Hese”. Selain itu, “Neka Nenteng Tilu – Neka Tadu Mata, Sangged Gesar De Ro’eng”.

Go’et diatas menginginkan pemimpin itu harus secara aktif melihat segala persoalan yang ada di masyarakat sekaligus menyuruh pemimpin harus bangkit dan tidak bermalas-malasan dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan rakyat.

Bupati dan Wakil Bupati terpilih bersama jajarannya harus mengedepankan pelayanan yang ramah terhadap masyarakat, karena sejatinya pemerintah adalah Pelayan dan rakyat merupakan tuan sang empunya kedaulatan.

Penting bagi Bupati dan Wakil Bupati mendidik dan memberi contoh bagi birokrasi agar mengedepankan sikap pelayanan yang ramah terhadap masyarakat. Hal baik seperti Lapor Om Hery hanya bisa terwujud dari budaya birokrasi yang mau melayani serta jauh dari praktek Koruptif, Kolutif, dan Nepotisme (KKN) dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Jika mampu menertibkan dan mewujudkan birokrasi yang baik niscaya akan lebih mudah bagi Bupati dan Wakil Bupati terpilih untuk mewujudkan semua Visi Misi yang telah menjadi komitmen politik sekaligus cita-cita bersama rakyat yang tercermin dari kemenangan pada PILKADA 2020.

Jangan pernah mengkhianati perjuangan rakyat (Ende Ema Ase Kae One Beo) yang berpartisipasi, memberi dan menyumbangkan hal-hal kecil berupa Beras, Kopi, Gula dan hal lainnya dari kekurangan serta keterbatasan mereka secara ekonomi.

Tunjukan kemasyarakat bahwa pendidikan politik itu tidak berhenti pada proses, tapi lebih subtantif pada mewujudkan manggarai yang lebih maju dan berdaya saing. Kami percaya sungguh-sungguh bahwa H2N bisa melakukan itu dan bersama kami sebagai rakyat.

Hans Pohar
Alumni Ekonomi Pembangunan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta.

POJOKREDAKSI.COM

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Comments (1)

Pojok WA