Surabaya, POJOKREDAKSI.COM – Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya melakukan segala upaya untuk merawat dan memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Terbaru, pemkot segera melakukan pembangunan Panti Griya Wreda di kawasan Babat Jerawat, Kecamatan Pakal, Surabaya.
Fasilitas baru itu, nantinya akan digunakan sebagai pusat penampungan lanjut usia (lansia) terlantar dan sebagai solusi untuk mengatasi over kapasitas Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Griya Wreda Jambangan dan UPTD Kalijudan.
Anna Fajriatin adalah Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya mengatakan, semua penghuni di dua lokasi itu nantinya akan dipindah ke Babat Jerawat. Sedangkan UPTD Griya Wreda Jambangan akan ditempati anak-anak disabilitas.
“Nanti yang UPTD Kalijudan akan dijadikan asrama Sekolah Bibit Unggul,”kata Anna dalam diskusi “Berdaya Bersama; Strategi Dinsos untuk Pemberdayaan ODGJ, Disabilitas, dan Lansia” pada Jumat (15/3/2024).
Sekadar diketahui, Dinsos Surabaya menangani 26 PMKS, di antaranya orang dengan gangguan jiwa, anak terlantar, disabilitas, korban tindak kekerasan, lanjut usia terlantar, korban human trafficking, dan lainnya.
Dalam melaksanakan tugasnya, Dinsos bekerja sama dengan dinas instansi teknis lain untuk rehabilitasi sosial, bimbingan fisik, mental, spiritual, serta sosial. Tujuannya, para PMKS pulih dalam fungsi sosial.
Saat ini, penghuni Lingkungan Pondok Sosial (liponsos) berjumlah 1.134 jiwa. Dengan rincian, 798 jiwa di Liponsos Keputih yang difungsikan untuk rehabilitasi sosial, 203 jiwa di UPTD Griya Wreda untuk lansia, 47 jiwa di UPTD Babat Jerawat untuk penyintas kusta, ODHA, dan TBC. Serta ada 54 serta 32 jiwa di Liponsos Kalijudan dan Wonorejo yang berfungsi untuk anak berkebutuhan khusus dan penyandang disabilitas.
Dinsos juga memiliki jaringan pilar sosial yang membantu melayani para PMKS, yaitu tim kesejakteraan sosial kecamatan (TKSK), ikatan pekerja sosial masyarakat (IPSM), karang taruna, tim siaga bencana, untuk menjangkau masalah sosial awal seperti menemukan dan mengkategorikan. Termasuk layanan mobil ambulans.
Dinsos memiliki 19 unit ambulans. Enam di antaranya digunakan untuk mengangkut jenazah. Sedangkan sisanya untuk pasien yang bukan darurat seperti mengantar warga yang berobat ke rumah sakit.
“Untuk mengurangi pengeluaran warga Surabaya,” tambah Anna.
Dari semua jumlah tersebut, Anna menyebut PMKS paling banyak yang sedang ditangani adalah ODGJ, lansia, dan disabilitas. Sementara untuk pemulung dan pengemis yang ditemukan biasanya langsung ditracking identitasnya, setelah dibawa ke UPTD.
Jika bukan warga Surabaya, Dinsos Surabaya akan melakukan koordinasi dengan dinsos tempat asal. Lalu akan dipulangkan hari itu juga jika mendapat konfirmasi.
Sementara untuk ODGJ, Dinsos Surabaya akan mengidentifikasi dulu latar belakang kehidupan sebelumnya lalu melakukan pemberdayaan. Anna melanjutkan, saat ini beberapa ODGJ binaan pemkot sudah berkarya. Ada yang membuat batik, melukis, handycraft, membuat keset, sampai menjadi cuci motor keliling.
Dari karya dan pekerjaan itu, mereka sudah mendapatkan penghasilan sendiri yang uangnya masuk ke dompet masing-masing.
Sedangkan untuk penanganan lansia, fokus dinsos adalah menjaga kesehatan mereka. “Fokus kita mereka sehat, tidak pikun, mengaji, hidroponik buat yang perempuan dan ternak ikan buat yang laki-laki,” ungkapnya.
Selama di Liponsos, para PMKS mendapat permakanan 3x sehari dan pemeriksaan kesehatan setiap bulan yang dilakukan puskesmas setempat. “Kalau sakitnya parah, akan dirujuk ke rumah sakit dengan biaya pemkot,” kata Didik Dwi Winarno Kepala UPT Griya Werdha dan UPTD Liponsos Kusta Babat Jerawat dalam diskusi yang sama.
Di dua liponsos yang dipimpin Didik, ada 88 petugas, termasuk ustaz dan pendamping agama lain.
Sedangkan di Liponsos Keputih yang penghuninya paling banyak, 70% di antaranya adalah ODGJ. Sisanya gelandangan dan lansia terlantar. “Ada juga yang putus cinta,” kata Imam Muhaji Kepala UPTD Liponsos Keputih Surabaya dalam diskusi yang sama.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Liponsos Keputih difokuskan untuk mengurangi halusinasi dan membuat mereka agar tidak melamun.
Dinsos Surabaya juga mengasuh PMKS di Liponsos Kalijudan dan Wonorejo, yang dihuni oleh anak-anak berkebutuhan khusus serta disabilitas. Beberapa di antaranya adalah anak telantar, yatim piatu, atau anak yang tinggal dengan pengasuhan bukan keluarga inti.
Di dua Liponsos tersebut, anak-anak diberi hak bersekolahnya, kesehatan, pendampingan psikologis, serta pemberdayaan ekonomi. “Kami juga memetakan minat bakat mereka,” kata Eva Rachmawati Kepala UPTD Kampung Anak Negeri dan Rumah Anak Prestasi.
Kata Eva, ada anak-anak di sana yang sudah menjadi fotografer dan membuat band. “Mereka diapresiasi, dibayar, dan uangnya masuk ke rekening mereka,”kata Eva.
Dalam diskusi 90 menit tersebut, beberapa pendengar Radio Suara Surabaya bergabung dan menanyakan beberapa hal. Termasuk meminta kontak yang bisa dihubungi untuk membantu para penghuni Liponsos.
Seperti Dewiana yang ingin bekerja sama untuk program charity perusahannya serta Indarto yang ingin menyumbangkan bangunan untuk ditempati anak-anak yatim piatu.
Di akhir diskusi, Anna menyampaikan bahwa masyarakat yang ingin membantu bisa menghubungi Command Centre 112 Surabaya atau melalui nomor khusus Dinsos Surabaya di 08113530112.
(Sigit Santoso)
Yuk! baca artikel menarik lainnya di GOOGLE NEWS