Surabaya, POJOKREDAKSI.COM – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Program Studi S1 Akuntansi menggandeng Persatuan Pelajar Indonesia di Filipina (PPIF) untuk menghitung biaya produksi makanan tradisional Indonesia di Adventist University of the Philippines, Manila, hari Minggu (18/8/2024) lalu.
Tim PKM yang diketuai oleh Merlyana Dwinda Yanthi, dengan beranggotakan Rohmawati Kusumaningtias, Rediyanto Putra, dan Rendra Arief Hidayat. Kegiatan ini bekerjasama PPIF untuk membantu para pelajar memahami perhitungan biaya yang diperlukan dalam menyajikan makanan khas Indonesia di bazar kampus.
Kegiatan ini diikuti PPIF setiap semester menampilkan beragam makanan tradisional Indonesia. Oleh sebab itu, perhitungan biaya produksi menjadi penting untuk menjaga kualitas makanan tanpa membebani anggaran.
“Perhitungan biaya produksi makanan tradisional melibatkan beberapa komponen utama yaitu bahan baku, tenaga kerja dan overhead,” ujar Merlyana dalam keteranganya, Jumat (6/9/2024).
“Bahan baku menjadi komponen terbesar, terutama karena beberapa bahan harus diimpor dari Indonesia untuk menjaga cita rasa asli,” imbuhnya.
Merlyana mencontohkan bahan seperti beras ketan untuk lemper, kacang hijau untuk kue lupis serta rempah – rempah seperti serai, daun jeruk, dan lengkuas untuk masakan rendang yang membutuhkan perhitungan matang.
“Tenaga kerja itu merupakan faktor penting, dengan PPIF mengandalkan anggota sukarelawan. Selain itu, biaya overhead, seperti sewa peralatan masak, listrik, transportasi bahan, dan juga diperhitungkan dengan cermat,” imbuh Merlyana.
Menurutnya, perhitungan biaya produksi menggunakan metode activity based costing (ABC) digunakan untuk menghasilkan estimasi yang lebih akurat.
“Metode ini membagi biaya keseluruhan ke dalam setiap aktivitas produksi, dari persiapan bahan hingga penyajian makanan,” jelasnya.
“Misalnya, rendang, biaya daging sapi, rempah-rempah, dan bahan tambahan dihitung dengan rinci, ditambah alokasi biaya tenaga kerja dan overhead sehingga total biaya per porsi dapat diketahui,” tukas Dosen Akuntansi FEB Unesa.
Sejalan, Ketua PPIF Alne menegaskan bahwa pentingnya memahami perhitungan biaya produksi.
“Dengan memahami biaya produksi, kami bisa menentukan harga per unit makanan dan mengetahui keuntungan dari setiap hidangan yang kami sajikan di bazar kampus,” tukasnya.
Ia pun berharap kolaborasi ini dapat meningkatkan pemahaman anggota PPIF tentang manajamen biaya produksi.
“Serta mendukung keberlangsungan kegiatan budaya dan promosi kuliner Indonesia di Filipina,” pungkasnya.
(Sigit Santoso)
Yuk! baca artikel menarik lainnya di GOOGLE NEWS