Jakarta, Pojokredaksi.com – FPI meluruskan makna dari ‘revolusi’ yang akan dilakukan Habib Rizieq Syihab bila sudah tiba di Tanah Air. FPI menilai revolusi bukan berarti kudeta.
Sebagaimana diketahui, pernyataan soal Habib Rizieq akan memimpin revolusi pertama kali diucap oleh Ketua Umum FPI Ahmad Shabri Lubis. Sahbri menyebut Habib Rizieq akan segera pulang ke Indonesia dan memimpin revolusi.
“Imam besar Habib Rizieq Syihab akan segera pulang ke Indonesia untuk memimpin revolusi,” kata Shabri dari atas mobil komando aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja, di patung kuda Arjuna Wiwaha, Jalan Medan Merdeka Barat, Selasa,13/10.
Beberapa pihak mempertanyakan soal revolusi tersebut. FPI mencoba meluruskan maksud revolusi atau tsaurah dalam bahasa Arab itu.
Ketua DPP FPI, Slamet Maarif, mengatakan dalam literatur Arab, diksi ‘tsaurah’ itu bermakna revolusi bukan kudeta. Menurutnya, mereka yang mengaitkan kepulangan Habib Rizieq Syihab (HRS) dengan persoalan hukum disebut telah gagal paham.
“Nah keliatan lagi dah satu variabel yang akan menghalangi kepulangan IB HRS (Imam Besar Habib Rizieq Syihab) dengan mengaitkan ke persoalan hukum (kudeta). Mereka nggak bisa bedain revolusi dengan kudeta dalam literatur Arab. Padahal ‘tsauroh’=revolusi, ‘inqilaab’=kudeta,” kata Slamet, kepada wartawan, Sabtu, 17/10.
“Jelas-jelas pakai bahasa ‘tsaurah’ masih dibilang kudeta. Gagal faham tuh mereka,” imbuhnya.
Menurut Slamet, ‘tsaurah’ versi FPI adalah revolusi akhlak yang berarti perubahan cepat dan menyeluruh terhadap pejabat dan rakyat Indonesia berdasar ke akhlak Rasulullah SAW. Tentunya, kata dia, perubahan itu akan dilakukan dengan cara konstitusional dan tidak melanggar HAM.
(Iren S)