Pojokredaksi.com – Tanggal 14 November 2020 telah dilangsungkan debat calon kepala daerah di Kab. Manggarai. Kedua pasangan calon telah menymapikan pencapaian dan rencana program yang hendak dijalankan ketika dipilih oleh rakyat Manggarai pada 9 Desember 2020.
Sebagai petahana, pasangan Deno-Madur tentu menyampaikan seperti capaian mereka dalam 5 tahun belakangan ketika mereka memimpin Manggarai. Sementara pasangan Hery-Heri mencoba untuk menawarkan program yang bisa menjawab tantangan yang sedang dihadapi oleh rakyat Manggarai.
Apa yang dikemukakan oleh pasangan Deno-Madur telah disampaikan melalui debat terbuka dan disaksikan oleh rakyat Manggarai. Bagi rakyat yang merasakan dampak kinerja dari pemerintaham Deno-Madur tentu mereka bisa saja mempertimbangkan umtuk memilih kembali pasangan tersebut. Narasi di panggung tentu harus selaras dengan realitas. Sebab realitas lebih kuat berbicara daripada sekedar narasi yang mantap.
Kalau melihat apa yang dikemukaan oleh Deno pada saat pembukaam debat, dia menyampaikan bahwa terjadi penurunan angka kemiskinan dari 70an ribu menjadi 60an ribu. Artinya selama lima tahun tidak terjadi penurunan angka kemiskinan yang signifikan. Ini menunjukan bahwa ada kontrasting antara permyataan Deno diawal yang mengandaikan bahwa visi misi mereka berangkat dari pemahaman “Manggarai Maju”. Kalau memang manggadai maju, apa indikatornya. Nah ini sebenarnya peluang yang bagus bagi Deno untuk menjelaskan indikator kemajuan Manggarai secara detail. Sehingga publik yang selama ini tidak menginginkan Deno untuk kembali memimpin Manggarai bisa berpikir ulang.
Kalau merujuk pada hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei nasional Populi Center pada periode September-Oktober 2020 menujukan bahwa tingkat kepuasan publik atas kinerja pemerintah daerah Kab. Manggarai hanya 49,5 persen. Lalu pertanyaannya adalah di mana korelasi kemajuan Manggarai yang disampaikan oleh Pak Deno? Selain itu, rendahnya tingkat kepuasaan publik atas kinerja Deno-Madur juga turu mempengaruhi elektabilitas Deno-Madur yang terpaut jauh di belakang pasangan Hery-Heri. Kalau meruju pada data survei Populi Center, elektabilitas Deno-Madur berkisar 34,3 persen. Sementara pasangan Hery-Heri sebesar 48,0 persen. Kalau melihat peta dukungan yang ada, maka pasangan Deno-Madur mesti memberikan bukti kepada rakyat Manggarai agar mereka layak untuk dipilih kembali. Jika apa yang mereka sampaikan di panggung debat jauh dari realitas, maka publik tentu akan lebih memilih calon baru karena dianggap mempunyai kemungkinan untuk berbuat lebih dari petahana.
Selain pasangan Deno-Madur, pasangan Hery-Heri sudah menyampaikan apa yang harus mereka lakukan lima tahun kedepan. Pasangan ini menyampaikan empat point besar yakni bicara mengenai inftrastruktur, pendidikan, perekonomian dan lingkungan hidup. Sebagai penantang tentu mereka tidak bicara keberhasilan sebab mereka belum diberikan kesempatan untuk memimpin. Sama halnya ketika Jokowi masuk dalam pilkada DKI Jakarta 2012 yang lalu. Dia melawan petahana Foke yang mempunyai jaringan birokrat dan bisnis yang luar biasa. Foke menyampaikan hasil capaiannya. Namun apa yang disampaikan oleh Foke saat itu berbeda dengan realitas. Ada jarak antara kata dan fakta. Oleh sebab itu ketika muncul alternatif lain yang dinilai lebih baik, maka publik Jakarta meninggalkan petahana dan memilih wajah baru untuk memimpin Jakarta. Dan faktanya jelas, Jokowi mampu mengubah Jakarta menjadi Ibukota yang bermartabat, berbagai persoalan diselesaikan dengan baik.
Pasangan Hery-Heri menawarkan program unggulan karena berangkat dari realitas bahwa infrastruktur di Manggarai masih belum memadai. Sehingga perlu pemimpin yang mempunyai jaringan yang kuat serta mempunyai kemampuan eksekusi yang cepat. Demikian halnya dengan sektor pendidikan, masih banyak yang putus sekolah baik yang tidak lanjut ke jenjang SMP, SMA maupun ke perguruan tinggi.
Dampak covid19 yang menggerus perekonomian warga dan pendapatan negara mesti dicari jalan keluar yang tepat agar tidak hanya sekedar manis di bibir tapi bingung dalam melakukan eksekusi. Keberpihakn pasangan Hery-Heri dalam persoalan lingkungan bisa menjawab keresahan masyarakat global tentang pemanasan global. JPIC sebagai salah satu lembaga yang getol untuk menjaga keutuhan lingkungan tentu sejalan dengan gagasan dari pasangan Hery-Heri.
Bagi saya, siapa yang akan terpilih sangat tergantung kepada apa yang sudah dilakukan oleh pasangan Deno-Madur. Apakah kinerja mereka selama ini dirasakan oleh masyarakat atau tidak, bisa dikonfirmasi melalui tingkat keterpilihan mereka. Sementara pasangan Hery-Heri juga demikian, mereka akan dipilih oleh warga Manggarai ketika mereka menawarkan program kerja yang mampu menjawab tantangan yang sedang dan akan dihadapi oleh warga Manggarai.
Dampak elektoral dari debat publik sebenarnya tidak terlalu signifikan. Sebab saat ini publik sudah mempunyai pilihannya sendiri. Walaupun masih ada yang belum menentukan pilihan, jumlahnya sangat sedikit. Artinya, debat tidak secara mutlak menggeser peta dukungan masing-masing calon.
Penulis : Wempy Hadir