Bogor, POJOKREDAKSI.COM– Aku kira kau semesta membahagiakan,
Nyatanya tidak. Semesta penipu.
Aku buta dengan khayalan konyol.
Kau, semesta bak traumatis konyol.
Sunyi di gunung,
Jauh dari ombak menggulung,
Ada rindu yang tersampaikan kepada semesta.
Semakin nyaring menderu, hingga lupa langkah kaki yang tertatih.
Saat tangan tak mampu melukis,
Hati masih berdebar kagum pada semesta.
Badan bergemuruh karena tingkah semesta,
Kaki masih melangkah di atas semesta.
Meski hati bergumam, kau penipu.
Badan tertiup angin semesta,
Tak berguna dan konyol,
Di pengakhiran senja tak mengudara,
Harapku pada semesta,
Ada rindu yang ingin disampaikan.
Semesta andai engkau penipu, biarkanlah aku melangkah.
Hari ini kaki ku melangkah,
Ingin bersua kata di hari esok
Satu kakiku menghasilkan seribu langkah.
Andai hati berdebar,
Biarkanlah kuceritakan kisah manis tentang semesta, agar hati kecilku tak menggerutu, kau penipu.
Tinus Wuarmanuk