Jakarta, POJOKREDAKSI.COM – Ondel-ondel bukan lagi barang asing bagi penduduk Jakarta, terutama masyarakat Betawi. Boneka setinggi 2,5 sampai 3 meter dengan lingkar tubuh 80-90 cm itu sudah menjadi bagian dari budaya, bahkan ikon bagi Jakarta itu sendiri.
Namun dalam perjalanan waktu, ondel-ondel mengalami pergeseran fungsi. Ikon budaya yang sebelumnya untuk pertunjukkan dalam upacara penting kebudayaan Betawi, kini dijadikan sarana untuk ngamen di jalanan. Penyalahgunaan ini kemudian membuat Pemerintah DKI Jakarta melarang ngamen menggunakan ondel-ondel.
Larangan dari Pemprov DKI ini oleh partai PDIP dinilai terlambat. PDIP DKI Jakarta mengklaim bahwa telah lama mengusulkan larangan. PDIP bahkan mengatakan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kurang memperhatikan kebudayaan Betawi.
“Sejak awal saya di Komisi A sudah meminta kepada Satpol PP melarang ondel-ondel untuk ngamen. Sebab ondel-ondel itu ikon budaya Betawi, sebagaimana tertera dalam Perda Pelestarian Budaya Betawi”, kata Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta, Gembong Warsono, Rabu (24/3/2021).
“Rasanya tidak elok ikon budaya dijadikan alat ngamen, dan pengamennya kalau kita cermati lebih mendalam tidak mencerminkan karakter Betawi,” sambungnya.
Dengan larangan ondel-ondel tentu berdampak kepada sebagian masyarakat yang pendapatan kesehariannya didapat dari ngamen ondel-ondel. Mereka akan kehilangan penghasilan.
Menanggapi sekaligus mengantisipasi pengangguran bagi pengamen ondel-ondel, Gembong mengusulkan agar pemerintah DKI bisa memberikan pelatihan yang cukup bagi para pengamen ini sehingga mereka bisa beralihfungsi menjadi pengrajin ondel-ondel misalnya.
“Yang harus diperhatikan oleh Pemprov bagaimana nasib para pengamen pasca pelarangan ini. Pemprov seharusnya memberikan pembinaan kepada para pengamen untuk alih profesi, misalnya menjadi pengrajin ondel-ondel, dan Pemprov yang memasarkan hasil para pengrajin itu, untuk dijadikan cendera mata misalnya,” jelas Gembong.
Lebih lanjut, Gembong menilai Gubernur DKI Anies Baswedan belum berpihak kepada budaya Betawi. Dia mencontohkan dengan pengelolaan pusat kebudayaan Setu Babakan.
“Sampai saat ini Anies belum menunjukkan keberpihakannya kepada tumbuh dan berkembangnya budaya Betawi. Contoh, Setu Babakan di Jakarta Selatan sebagai pusat pelestarian budaya Betawi belum mendapat porsi anggaran yang memadai,” kata dia.
Ondel-ondel sendiri adalah salah satu bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering tampil dalam pesta-pesta rakyat. Permainan boneka khas masyarakat Betawi ini berupa boneka raksasa yang dimainkan oleh seseorang yang masuk ke dalam boneka tersebut sambil menari-nari menurut irama musik pengiringnya. Dalam menari biasanya ondel-ondel ini berpasangan, boneka laki-laki dan boneka wanita, tetapi ada juga ondel-ondel anak-anak. Tampaknya Ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya. Oleh karena itu, Ondel-ondel dapat dikatakan sebagai dayang desa.
(Ignas Fernandes)