Ketua DPRD DKI Minta Anies Serius Tangani COVID-19 saat Banjir

Ketua-DPRD-DKI-Jakarta-Prasetyo-Edi-Marsudi
Ketua-DPRD-DKI-Jakarta-Prasetyo-Edi-Marsudi

Jakarta-Pojokredaksi.com-Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi menjelaskan bahaya penularan Covid-19 saat banjir menjadi lebih rentan. Karena itu Prasetio meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk lebih serius dalam menangani Covid-19 ini.

Menurutnya,. Penularan terjadi bukan lewat air banjir, melainkan lewat interaksi manusia selama evakuasi, pengungsian, hingga kondisi MCK Umum.

Pasalnya, dari 82 daerah rawan banjir di DKI Jakarta, 7 kelurahan masih berstatus zona merah COVID-19: Pegangsaan Dua, Kebon Baru, Bukit Duri, Kalibata, Rawajati, Pademangan, dan Petamburan.

“Kondisi pandemi COVID-19 dianggap akan memperburuk keadaan, sebab berpotensi memicu klaster baru penularan virus,” kata Prasetio melalui keterangan tertulisnya, Senin 28/9.

Politikus Partai PDI-P itu menjelaskan, jika Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi cuaca ekstrem akibat peralihan musim akan terjadi hingga Oktober 2020 dan curah hujan akan lebih tinggi dan basah dibanding tahun sebelumnya.

Sedangkan daerah rawan banjir di DKI Jakarta hingga September 2020 tercatat sebanyak 82 kelurahan, naik dari awal tahun yang berjumlah 56 Kelurahan.

Sayangnya kata Prasetio kinerja Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI lamban dan tak serius mengantisipasi banjir.
Selama ini, dia berpendapat Gubernur Anies baru bekerja saat banjir sudah terjadi di sejumlah wilayah di Ibu kota. Maka, Prasetio meminta agar Pemprov DKI segera mengambil langkah nyata dan cepat untuk mengantisipasi banjir.

“Jangan pas banjir baru kerja. Penanganan banjir ini perlu diantisipasi jauh-jauh hari, harus menyiapkan mitigasi banjir,” ucapnya.

“Ini bukan lagi memikirkan kebijakan populer atau tidak populer. Tapi ini kepentingan semua warga, nasib hidup warga Jakarta,” tambahnya.

Baca Juga :  Peningkatan Standar Layanan Publik Di Institusi Pemerintahan 2022

Ketidakseriusan Pemprov DKI dalam penanganan banjir, menurut dia, juga tampak pada lemahnya pengawasan pada program revitalisasi trotoar. Revitalisasi trotoar di sepanjang jalan Pangeran Diponegoro justru mengakibatkan penyumbatan tali air sehingga membanjiri perumahan warga sekitar.

“Di awal tahun lalu, Jakarta kembali dikepung banjir. Termasuk di kawasan Menteng Jalan Diponegoro. Penyebabnya, pelebaran trotoar yang justru tidak memperhatikan saluran yang ada di bawahnya. Kalau sudah seperti ini bagaimana pengawasannya,” tuturnya.

Selain pengawasan, Prasetio mendorong Pemprov DKI mengoptimalkan alokasi dana pinjaman sebesar Rp12,5 triliun dari PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero).

Pinjaman tersebut dialokasikan untuk tahun 2020 dan 2021 dengan beberapa program prioritas. Selain banjir, anggaran tersebut juga akan digunakan untuk sejumlah program, seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.

“Dengan ketersediaan anggaran, sudah saatnya Pak Gubernur memperbaiki manajemen, standar prosedur untuk penanganan banjir,” pungkasnya.

(No Bren)

POJOKREDAKSI.COM

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *