Pojokredaksi.com, Jakarta – Berdasarkan Surat Keputusan Nomor 172/KU/HK.003/10/2022, Ketua Umum Lembaga Pembinaan dan Pengembangan PESPARANI Katolik Nasional (LP3KN) Prof. Adrianus Meliala mengukuhkan 11 Dewan Juri Penilaian Lomba Paduan Suara Non Tatap Muka Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Nasional II di Hotel Ibis Style, Tanah Abang, Jakarta, (Jumat, 14/10/2022).
Dengan pengukuhan ini, Pesparani Nasional II resmi dibuka khususnya Lomba Paduan Suara Non Tatap Muka. Selama tiga hari, tim juri mata lomba non tatap muka akan menilai hasil lomba dalam bentuk video yang sudah dikirim setiap LP3K-Daerah kepada panitia perlombaan untuk masuk penjurian.
Di hadapan tamu undangan yang hadir, Prof. Adrianus mengatakan tim juri pertama-tama harus mempertimbangkan aspek musikal lebih dari aspek subjektif atau aspek non musikal. “Hal-hal non musikal jangan menjadi penghambat para juri dalam menilai. Harus berani memisahkan aspek musikal dan non musikal,” sebut Adrianus.
Adrianus menambahkan sedianya opening ceremony Pesparani Nasional II tatap muka di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Namun Pesparani II tahun ini agak berbeda dengan Pesparani I di Ambon karena mata lomba dibuat dalam dua bentuk yaitu secara tatap muka dan non tatap muka.
“Untuk tatap muka akan dilombakan di Kupang mulai tanggal 28-31 Oktober 2022. Sedangkan lomba non tatap muka mulai tanggal 14-16 Oktober 2022. Nah, hasil penjurian mata lomba non tatap muka akan diumumkan pada tanggal 31 Oktober di Kupang,”ujarnya.
Kegiatan ini diawali dengan pembacaan Surat Keputusan Pengangkatan Dewan Juri dan Inspektur Lomba oleh Sekretaris Umum LP3KN, Toni Pardosi kemudian dilanjutkan dengan pengambilan sumpah tim juri dan inspektur lomba yang dibacakan oleh Prof. Adrianus diikuti oleh para juri. Bertindak sebagai saksi Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawam Konferensi Waligereja Indonesia sekaligus Ketua 1 LP3KN Bidang Penyelenggara, Romo Hans Jeharut dan Direktur Urusan Agama Katolik Dirjen Bimas Katolik, Aloma Sarumaha, serta anggota LP3KN dan tamu undangan.
Romo Hans Jeharut dalam pesannya mengatakan Pesparani adalah sumbangan Gereja secara konkret bagi persatuan dan kesatuan bangsa. “Jadi Pesparani adalah kegiatan untuk Gereja semesta dan Gereja Indonesia. Gaungnya tidak saja untuk orang-orang Katolik tetapi untuk semua masyarakat Indonesia karena ada pesan kebhinekaan di Pesparani.”
Sementara itu, Aloma Sarumaha menambahkan Pesparani ini bukan utamanya mencari pemenang lomba tetapi mengasah semangat persaudaraan umat beriman. Kepada para juri, ia berharap unsur objektivitas menjadi hal utama jangan sampai subjektivitas dan kedekatan lebih dominan sehingga keputusan tidak berimbang.
“Keahlian untuk menilai dalam penjurian itu tergantung kejujuran hati, tidak diwarnai dengan klaim satu dengan lain karena unsur subjektivitas. Sejatinya perlombaan yang utama bukan kemenangan tetapi lewat Pesparani iman umat semakin teguh,” sebut Aloma.
Juri Lomba Paduan Suara Non Tatap Muka Pesparani Nasional II ini berasal dari semua unsur baik hierarki, praktisi musik, maupun mereka yang konsen khusus pada musik Gereja. Tim Juri 11 orang dibagi dalam tiga penjurian mata lomba yaitu:
Paduan Suara Anak dan Paduan Suara Dewasa Wanita dengan para juri: Belinda Siegers; Lucia Kusumawardhani; dan Andika Wiratama.
Paduan Suara OMK Campuran dengan jurinya: Perry Rumengan; Roni Sugiarto; Michael Budiman Mulyadi, Romo Garingsingan, MSF; serta Arga Rakasiwi.
Paduan Suara Dewasa Pria Gregorian dan Remaja Gregorian dengan para juri: Rm. Harry Singkoh, MSC; Gregorius Gerald Pratomo; Herman Yoseph Tan.
Sedangkan Inspektur Perlombaan yaitu Leonard Joseph, Ujung Simbolon, Ernest Maryanto, Fanny Kalensang; dan Yudisanto Parerungan.