Surabaya, POJOKREDAKSI.COM – Ketua Dewan Penasehat DPD Partai Gerindra Jatim, Bambang Haryo Soekartono (BHS) mendorong pemerintah memperhatikan palang kereta api di lintasan sebidang, karena membahayakan pengguna jalan.
Pendapat ini muncul setelah BHS mengunjungi penjaga palang pintu kereta api di kawasan Kebonsari Surabaya.
Menurutnya, di lintasan kereta api tersebut early warningnya tak berfungsi sejak empat tahun silam, dan hanya ada palang pintu manual yang dijaga oleh sukarelawan yang tak dibayar.
Kerusakan early warning system ini sungguh membahayakan, karena terkadang orang bisa lupa dan lengah sehingga perlu adanya peringatan seperti bunyi-bunyian ketika kereta akan lewat pada jarak 2 kilometer dari sini.
“Ini adalah bukti kurangnya kepedulian pihak yang bertanggungjawab terhadap transportasi ini untuk keselamatan publik, keselamatan masyarakat yang melewati jalan ini,” kata BHS. Jumat (19/5/2023).
Di samping masalah early warning system, penjaga perlintasan kereta api di jalan sebidang ini juga tak mengantongi jadwal keberangkatan kereta sehingga mereka harus selalu siaga di tengah rel meski cuaca panas maupun hujan.
“Pertama adalah tidak ada jadwal daripada kereta yang lewat, jadi beliau (penjaga palang pintu) berdasarkan kereta yang lewat jam sekian, tapi jadwal dari KAI belum disampaikan pada mereka,” kata BHS.
“Harusnya ini dinas perhubungan kota kerja sama dengan KAI menyampaikan jadwalnya kepada beliau-beliau ini, kalau perlu menyampaikan pada publik dengan papan pengumuman jadwal kereta lewat, jadi ini penting,” sambung Ketua Umum IPSI kota Surabaya tersebut.
BHS juga menyoroti permasalahan jam yang digunakan sukarelawan adalah jam milik sendiri yang dikhawatirkan bisa mengalami gangguan teknis sewaktu-waktu. Atas dasar keprihatinan tersebut, ia juga menyumbangkan jam dinding dan bingkisan.
“Harusnya ada jam khusus yang ditempatkan di pos ini,” ucap BHS.
Ahmad Fathul Bari yang menjaga palang pintu di Jalan Kebonsari sejak 2013 mengaku bahwa yang dilakukannya ini merupakan tindakan sukarela, dan dia mendapatkan dua shift penjagaan mulai pukul 09.30-14.00 WIB kemudian dilanjutkan jam 16.00 WIB-19.00 WIB.
Ahmad tidak mendapatkan gaji dari PT. KAI, Ia menerima sumbangan sukarela dari pengendara., terkadang juga mendapat bantuan dari dinas perhubungan. Dan dia merasa kesulitan dengan kerusakan early warning system di palang pintu kereta api yang dijaganya.
“Sementara kadang kalau pas panas-panasnya kita nggak kelihatan (kereta) karena tertutup uap kereta apalagi kalau pas kabut,” kata Ahmad.
Selain Ahmad, ada sekitar 8 orang yang menjaga bergantian selama 24 jam. Mereka bagi dalam beberapa shift setiap 3 jam sekali.
Setelah memberikan bantuan sembako kepada Ahmad, BHS juga mengimbau masyarakat agar hati-hati melintas di perlintasan kereta api di jalan sebidang, dan mendorong PT. KAI maupun pihak terkait melakukan standarisasi palang pintu kereta api demi keselamatan masyarakat.
(Sigit Santoso)