Jakarta, Pojokredaksi.com – Libong Coffee, kedai kopi asal Manggarai, Flores, NTT resmi dibuka di Jakarta pada Sabtu (7/10) malam. Kedai ini diharapkan bisa menawarkan cita rasa kopi khas Flores di level nasional.
Bertempat di Jln Senen Raya No 42, Senen, Jakarta Pusat, grand opening kedai ini dikemas secara meriah, lagu-lagu daerah NTT dinyanyikan secara live. Banyak penggemar kopi, mayoritas adalah diaspora NTT di Jakarta, hadir memeriahkan acara peluncuran ini.
Viktor Ones Wole, owner Libong Coffee, mengatakan kedainya akan merepresentasi kopi cita rasa khas Flores untuk bersaing dengan kopi-kopi lain di Ibu Kota.
“Terima kasih untuk kehadiran dan dukungan kalian semua. Libong Coffee akan memenuhi kebutuhan pada kopi khas Flores di Jakarta. Saya jamin cita rasa asli Flores akan sangat terasa dalam produk-produk kami,” kata Vitho, demikian ia biasa dipanggil.
Libong Coffee, jelas Vitho, memuat filosofi khas Manggarai, Flores. Libong, dalam bahasa salah satu daerah di Kabupaten Manggarai, Flores, berarti kebun, berada di sekitar pekarangan rumah. Di semua libong selalu ada pohon kopi. Jadi, di libong itulah, kopi bisa bertumbuh, bertahan dan menghasilkan buah.
Dengan tagline “dari Flores untuk Indonesia” Libong Coffee tidak hanya memperkenalkan cita rasa kopi khas Flores tetapi juga budaya dan alamnya.
“Filosofi itulah yang mau kami ditunjukkan dalam nama Libong Coffe. Semoga seperti libong, kedai ini akan menjadi tempat kita bisa menemukan dan merasakan kopi, cara kita sebagai orang Flores merayakan hidup,” katanya.
Libong Coffe, cerita Vitho, sebenarnya sudah ada sejak 2017. Saat itu hanya menjual kopi bubuk yang diproses secara tradisional oleh para petani kopi di salah satu kampung di Manggarai Barat. Hasil olahan mereka kemudian dibawa ke Jakarta untuk dipasarkan secara online.
Melihat semua produk jualan habis terjual, ide untuk membuka kedai sendiri mulai muncul, cerita Vitho. Ia kemudian berdiskusi dengan sejumlah teman yang memiliki usaha kopi untuk mendapatkan masukan.
“Dari diskusi-diskusi itu, konsep awal untuk mendirikan usaha sendiri mulai terbentuk, termasuk budgeting. Dan akhirnya bisa terealisasi di tahun ini,” katanya.
Pangsa Pasar Luas
Menurut Vitho, pangsa pasar industri kopi sangat luas. Itu didukung oleh penggemar kopi yang tidak sedikit. Mulai dari remaja, dewasa, atau yang sudah tua sekalipun menjadikan kopi sebagai minuman favorit mereka.
“Peluang inilah yang ingin saya manfaatkan ketika memberanikan diri menjalani bisnis kopi ini. Dengan pasar yang begitu luas, kami dapat menyasar siapa saja dan ini mesti didukung oleh strategi promosi yang efektif, terutama melalui media sosial,” jelasnya.
Menurut Vitho, kopi kini telah menjadi komoditas berharga bagi Indonesia. Minum kopi telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia, baik menyeduh sendiri di rumah maupun menikmatinya di warung atau kedai kopi.
Perkataan Vitho didukung data. Dalam hasil riset independen Toffin bersama Majalah MIX Marcomm di akhir 2019 disebutkan, jumlah gerai kopi di Indonesia bertambah signifikan tiga tahun terakhir. Jumlah kedai kopi meningkat pesat dari 1.083 gerai pada 2016 menjadi 2.937 gerai pada Agustus 2019.
Angka tersebut belum termasuk kedai-kedai kopi independen yang modern, kedai kopi tradisional, dan kedai kopi keliling. Tak hanya itu. Penjualan produk Ready to Drink (RTD) Coffee atau kopi siap minum, seperti produk kopi yang dijual di kedai kopi, terus meningkat.
Menurut data Euromonitor, volume penjualan kopi siap minum meningkat dari 50 juta liter pada 2013 menjadi hampir 120 juta liter pada 2018.
Toffin memperkirakan, nilai pasar kedai kopi di Indonesia mencapai Rp4,8 triliun per tahun. Nilai ini didasarkan pada jumlah gerai yang terdata saat ini dengan asumsi penjualan rata-rata 200 cup/hari tiap gerai dengan harga kopi Rp 22.500/cup.
Menjamurnya kedai kopi turut mendongkrak angka konsumsi kopi Indonesia. Merujuk data International Coffee Organization (ICO), konsumsi kopi masyarakat Indonesia meningkat dari 273.000 ton pada periode 2015-2016 menjadi 293.000 ton pada 2019-2020.
Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan konsumsi kopi terbanyak kelima setelah Uni Eropa, Amerika Serikat, Brazil, dan Jepang.
Konsumsi kopi di Indonesia diprediksi terus meningkat lantaran konsumsi per kapita saat ini masih rendah, yaitu 0,9 kg/kapita/tahun pada 2018.
Angka ini masih lebih rendah, misalnya, jika dibandingkan dengan Vietnam yang tingkat pendapatannya di bawah Indonesia. Konsumsi kopi per kapita Vietnam mencapai 1,5 kilogram.
Di sisi lain, Indonesia juga merupakan negara produsen kopi dengan produksi mencapai angka 588.780 ton pada 2018 atau berada di peringkat empat terbesar setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia.
(Redaksi)