Larantuka, POJOKREDAKSI.COM – Koalisi Rakyat Bersatu Flotim (KRBF) awalnya adalah forum diskusi whatsapp group (WAG) masyarakat Flores Timur baik yang berdiam di Flotim maupun diaspora dari berbagai latar belakang .
“Dari forum diskusi WAG berubah menjadi sebuah Organisasi Masyarakat Koalisi Rakyat Bersatu Flotim yang berbadan hukum dengan memiliki legal standing, eksis aktif kritis memberikan kritik, apresiasi, masukan ide, gagasan dan solusi kepada Pemeritah Flotim,” kata salah satu pendiri KRBF, Roi Lewar melalui pesan whatsapp, (Kamis, 14/01/2021)
Lebih lanjut ini menegaskan, yang bergabung dalam KRBF ini adalah orang-orang yang memiliki kepedulian akan kesejahteraan dan rasa keadilan yang sama untuk masyarakat Flores Timur yang pada prakteknya selama ini sering digrogoti oleh praktek penyalagunaan kekuasaan dan jabatan, korupsi, kolusi, dan nepotisme di Lewotana.
“Dengan Kepedulian yang sama kita hadir memperkuat posisi Rakyat Flores Timur untuk melakukan kontrol terhadap kekuasaan, bekerja secara elegan, berkualitas berbasis data bekerjasama dengan berbagai lembaga negara , dalam proses pencapaian tujuannya mencapai kebaikan, keadaban bersama seluruh masyarakat Flotim” Jelas Roi.
Roi menjelaskan, KRBF awalnya berada di Jakarta. Motifnya kepedulian terhadap kemajuan Flores Timur. Terlibat di dalamnya adalah kelompok-kelompok pergerakan, mantan birokrat, para tetuah, juga kaum rohaniwan.
”Forum WAG pada awalnya ada di Jakarta di inisiasi oleh orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap Nagi berkordinasi dengan teman-teman pergerakan, mantan birokrat, tetua, tokoh rohaniwan juga, “tambah Roi.
Sepak Terjang KRBF
Sejak terbentuknya KRBF, kami telah melakukan beberapa langkah strategis untuk rakyat Flores Timur. Pertama, kami berkoordinasi dan melaporkan untuk membatalkan pembangunan gedung baru DPRD Flores Timur di Waibalun dengan rencana angaran 43 M ke Ombusdmant karena dicurigai akan merugikan uang negara sarta dinilai tidak sesuai dengan tata ruang kota. Pembangunan gedung DPRD ini akhirnya ditangguhkan sampai waktu yang tidak ditentukan.
Kedua, bersama masyarakat, melaporkan kasus dugaan korupsi Proyek Air bersih Ile Boleng tahun 2018. Pada tanggal 17/12/2020 KRBF melakukan demo karena Lambatnya Inspektorat Daerah (IRDA) Kabupaten Flores Timur menyerahkan Hasil Perhitungan Nilai Kerugian Negara pada kasus proyek Pembangunan SPAM IKK Ile Boleng Tahun Anggaran 2018.
Sampai dengan berita ini dikelurkan, sudah 3 orang ditetapkan sebagai tersangka dan kasus Proyek ini sudah dilimpahkan ke pengadilan Tipikor kupang.
KRBF memberikan pujian kepada Kejaksaan Negeri yang akhirnya menetapkan 3 orang tersangka dugaan korupsi SPAM IKK Ileboleng.
Selain kasus di atas, sampai saat ini KRBF masih menunggu diprosesnya kasus-kasus dugaan korupsi lainnya, yang telah dilaporkan.
“Kita tunggu hasil laporan KRBF yang diproses di Poleres antara lain proyek Bubu Atagamu, Dana Hibah yang sudah dijanjikan oleh Polers dalam dua Minggu ini akan dilaporkan ke KRBF,” jelas seorang petinggi KRBF melalui WA massage.
Sementara Ketua KRBF, Maria Sarina Romakia, mengatakan bahwa perjuangan kelompoknya tidak selalu berjalan mulus.
“Banyak juga yang tidak suka akan keberadaan KRBF. Kami merespon dengan bijak semua hujatan KRBF tetap fokus pada misinya yakni membongkar korupsi yang ada di Flotim,” tegas Maria.
Kami akan terus bergerak. Kami tetap fokus pada tujuan utama kami. Kami tidak mau peduli dengan hujatan atau cibiran dari siapapu.
“Kami terus bergerak. Pencapaiaan saat ini adalah langkah maju. Selama ini apa saja yang disoroti KRBF selalu dicemooh khusus di media sosial. Namun akhirnya sekarang perlahan mulai terkuak. KRBF bukan hanya asal bicara, namun berdasarkan data yang kami miliki”, tutup Romakia.
Ignas Fernandez