POJOKREDAKSI.COM |
Permasalahan sampah selalu menjadi topik hangat yang diperbincangkan, baik sampah yang mudah diurai maupun yang sulit terurai dapat mempengaruhi lingkungan menjadi tidak ramah untuk ditinggali dan menjadi penyebab timbulnya penyakit. Sampah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yakni sampah organik dan anorganik. sampah organik telah menjadi masalah yang cukup serius di daerah padat penduduk.
Sampah organik berasal dari berbagai sumber seperti pasar, rumah tangga dan rumah makan. Contohnya sampah sayuran, sisa-sisa makanan, kotoran binatang dan lain-lain. Sampah organik yang pengelolaan yang kurang tepat dapat menyebabkan berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran udara, air, dan tanah.
Sampah organik memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan kembali menjadi produk-produk bermanfaat yang dapat mengurangi permasalahan sampah yang ada saat ini. Salah satu cara mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan biokonversi, yaitu proses perombakan sampah organik dengan bantuan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan serangga.
Proses ini mengubah senyawa tertentu menjadi produk lain yang memiliki struktur mirip dan bermanfaat. Biokonversi memanfaatkan sel-sel pada agen mikroorganisme sebagai alat untuk mengkonversi senyawa-senyawa kimia tertentu menjadi senyawa kimia bentuk lain. Keunggulan biokonversi dibandingkan dengan konversi kimia adalah bahwa proses ini dapat dilakukan pada suhu yang relatif rendah tanpa membutuhkan katalisator logam berat yang berpotensi mencemari proses selama konversi berlangsung.
Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan pupuk organik seperti Effective Microorganisme (EM4) dan larva black soldier fly (Hermetia illucens). EM4 adalah mikroorganisme yang digunakan untuk mempercepat proses biokonversi sampah organik menjadi biogas. Sedangkan larva black soldier fly adalah larva dari lalat Tentara Hitam (Black Soldier Fly) yang dikenal sebagai serangga yang bersih karena tidak memakan sisa makanan manusia. Larva BSF sangat rakus dalam masa pertumbuhannya sehingga fase ini yang digunakan untuk menguraikan sampah organik.
Lalat Tentara Hitam adalah serangga yang memiliki potensi besar dalam biokonversi sampah organik. larva lalat ini dapat memakan dan menguraikan sampah organik, menghasilkan residu yang dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Lalat ini berbeda dengan jenis lalat pada umumnya, tidak menularkan penyakit dan dapat membunuh serta menekan pertumbuhan bakteri jahat seperti salmonella dan coli, serta dapat mengurai sampah organik dengan cepat. oleh karena itu, lalat ini dijadikan sarana untuk membantu proses biokonversi untuk sampah organik. dari pengembangbiakan lalat ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian.
Kandungan nutrisi dari larva lalat tentara hitam juga sangat berpotensi sebagai pupuk organik. Larva Lalat Tentara Hitam mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, serta bahan organik yang meningkatkan kesuburan tanah. Larva lalat Tentara Hitam mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, serta bahan organik yang meningkatkan kesuburan tanah.
Hasil penelitian oleh Jurnal Ilmiah Pengelolaan Sampah dan Lingkungan (JIPI) menunjukkan bahwa larva lalat Tentara Hitam dapat menghasilkan pupuk organik yang memenuhi standar Permentan 2019, dengan kriteria pH 4-9, C organik lebih dari 15%, rasio C/N kurang dari 25, nilai total hara NPK lebih dari 2%, dan Fe tersedia di bawah 500 mg/kg.
Budidaya Black Soldier Fly memiliki berbagai macam produk bagi pertanian yakni sebagai POC dan Kompos. Pupuk hayati hasil metabolisme BSF mengandung mikroorganisme yang menyuburkan tanah, dan membantu tanaman menyerap zat hara. selain mikroorganisme terdapat juga hormon seperti auxin dan giberelin yang mempercepat pertumbuhan tanaman.
Dikutip dari Buku Saku Maggot Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pembuatan pupuk organik berasal dari sisa pakan maggot. Pupuk organik cair merupakan pupuk berupa cairan berasal dari sisa-sisa makanan, tanaman, atau hewan yang sudah mengalami fermentasi dengan kandungan bahan kimianya maksimum 5%.
Pupuk organik cair dapat dibuat dari berbagai bahan, seperti kotoran hewan ternak, serabut kelapa, sisa – sisa makanan dan sisa pakan maggot. Limbah organik dari sisa pakan maggot biasanya berupa limbah sayur dan buah, yang mengandung unsur hara, terutama nitrogen, fosfor, dan kalium, yang dapat meningkatkan kualitas produksi pertanian. Nasi basi dapat digunakan sebagai bahan baku mikroorganisme lokal (MOL) untuk pembuatan pupuk organik cair, yang dapat memberikan nutrisi kepada tanaman, menunjang produktivitas, dan mempercepat pertumbuhan tanaman.
Cara pembuatan Pupuk organik cair juga tergolong mudah bagi pemula yang ingin melakukan budidaya BSF ini, baik untuk pemakaian pribadi maupun untuk diperjualbelikan. Dan alat yang diperlukan pun tergolong mudah untuk ditemukan seperti drum atau wadah bekas pakai, karung beras atau bisa juga kantong plastik ukuran 25 kg, penutup drum atau plastik hitam untuk mencegah sinar matahari dan hujan tidak masuk ke wadah, tali pengikat, dan batu pemberat serta siapkan larutan pengurai seperti molase, dan EM4.
Tahapan proses pembuatan nya pun tergolong mudah dan dapat dikerjakan pada waktu luang dirumah, langkah yang pertama dilakukan yaitu siapkan potongan limbah yang menjadi bahan utama pembuatan POC. Kemudian masukkan kedalam karung berukuran 25 kg sampai setengah penuh dan tekan hingga padat lalu ikat menggunakan tali.
Tahap kedua menyiapkan larutan media yang mengandung bakteri pengurai dan air bersih ke dalam drum, lalu masukkan karung yang berisi limbah sayuran ke dalam drum hingga terendam sepenuhnya dan berikan beban pemberat agar tidak mengapung. setelah itu tutup drum hingga kedap udara.
Proses pembuatan pupuk organik cair ini tidak memakan waktu yang lama yaitu 7-10 hari dan letakkan ditempat yang teduh tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah semua tahapan pembuatan selesai dan proses fermentasi selesai pisahkan karung yang berisi limbah sayuran dari larutan media dan pupuk organik cair sudah dapat digunakan.
Terdapat beberapa indikator yang menentukan keberhasilan membuat POC dari limbah sayur
yaitu terdapat bercak putih pada permukaan cairan, larutan berwarna kuning kecoklatan dan aroma bau dan menyengat.
Selain dijadikan pupuk organik cair, terdapat produk yang dihasilkan dari hasil budidaya larva black soldier fly yaitu kompos organik. Menurut Prasetyo (2018) Pengomposan adalah proses dekomposisi bahan organik dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme sebagai dekomposer.
Melalui proses pengomposan, bahan-bahan organik akan diubah menjadi pupuk kompos dengan unsur hara yang tinggi dan menghasilkan mikroorganisme yang dibutuhkan tanah dalam pertumbuhan tanaman. Pada peristiwa ini, organisme yang digunakan yakni Maggot larva dari BSF. Kompos yang dihasilkan dari budidaya maggot sendiri sudah memenuhi standar SNI, jadi dapat digunakan di lahan pertanian komersial. Memiliki keunggulan dibandingkan dengan EM4, yaitu kandungan hara yang lebih tinggi, terutama pada hara kalium.
Pemanfaatan kompos dari maggot ini membutuhkan alat dan bahan untuk pelaksanaannya. Alat dan bahan yang diperlukan yakni baskom yang telah berisi maggot dan makanannya yakni berupa sayuran atau buah. Proses pembuatannya terbilang lama yakni mencapai 20-30 hari. Jika ingin menuai hasil yang lebih maksimal berikan tambahan makanan kepada maggot berupa buah-buahan dan berikan sekitar 0,5 kg per harinya.
Indikator yang menentukan keberhasilan pembuatan kompos karakteristik yang ditimbulkan jika pembuatan kompos ini berhasil yaitu memiliki bau, warna dan tekstur yang mirip dengan tanah.
Pemanfaatan biokonversi sampah organik untuk pupuk organik pertanian memiliki potensi besar untuk mengurangi timbulan sampah organik. Proses ini memanfaatkan larva BSF untuk mengurai sampah organik menjadi protein yang kaya akan unsur hara. Pupuk organik yang dihasilkan dapat digunakan sebagai alternatif pengganti pupuk kimia yang dapat mencemari lingkungan.
Biokonversi sampah organik untuk menghasilkan pupuk organik adalah strategi yang efektif dalam mengatasi masalah sampah organik dan meningkatkan kesuburan tanah. Pemanfaatan larva BSF sebagai agen biologi dalam proses biokonversi dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengolahan sampah organik. Oleh karena itu, biokonversi sampah organik harus diintegrasikan ke dalam strategi pengelolaan lingkungan yang lebih luas untuk mencapai tujuan pengurangan sampah dan meningkatkan kesuburan tanah.
Penulis : Annisa Rahmawati
(Mahasiswa Jurusan Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah)
Yuk! baca artikel menarik lainnya di GOOGLE NEWS