Jakarta, POJOKREDAKSI. COM –
Seakan-akan bencana tidak ada habisnya di negara ini. Covid-19 masih menjadi momok menakutkan dan masih menjadi pandemi, malah sekarang ditambahkan Dunia tengah menghadapi ancaman baru. Seperti yang digemakan lagi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yakni perubahan iklim yang diakibatkan oleh memanasnya suhu global.
PBB mengeluarkan pernyataan “kode merah untuk kemanusiaan” ketika para ilmuwan iklim terkemuka dunia menyampaikan peringatan paling keras tentang darurat iklim yang semakin nyata.
Dengan adanya informasi ini, maka dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Salah satunya adalah dorongan untuk menunda kehamilan dan mendapatkan anak.
Hal itu dikarenakan banyak pihak berpikir bahwa dengan semakin banyaknya manusia berarti semakin besar emisi yang ditimbulkan dan kebutuhan pangan juga semakin meningkat. Sehingga menimbulkan kemungkinan “resesi” seks yang akan terjadi.
Pangeran Harry sempat mengatakan pada 2019 bahwa dia dan istrinya Meghan berencana untuk memiliki maksimal dua anak, dengan alasan masalah lingkungan.
Analis di Morgan Stanley mengatakan dalam sebuah catatan bahwa gerakan untuk tidak memiliki anak karena kekhawatiran perubahan iklim telah tumbuh signifikan belakangan ini.
“Memiliki anak tujuh kali lebih buruk untuk iklim dalam emisi CO2 setiap tahun daripada 10 mitigasi paling dibahas berikutnya yang dapat dilakukan individu,” kata analis di Morgan Stanley seperti dikutip dari CNBC International, Kamis (12/8/2021)
Untuk membuktikan hal ini,mereka menunjuk penelitian akademis yang menunjukkan perubahan iklim secara langsung dan tidak langsung mempercepat penurunan tingkat kesuburan.
Peneliti dari University of California, Los Angeles (UCLA) menunjukkan bahwa jumlah kelahiran di Amerika Serikat (AS) turun dalam sembilan bulan setelah peristiwa panas ekstrem.
Tak hanya di AS, penelitian terhadap 18.000 pasangan di China tahun lalu menunjukkan bahwa perubahan iklim terkait dengan kemungkinan penurunan kesuburan pasangan sebesar 20%.
Sementara itu, sebuah laporan dari Panel Antar pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) mengindikasikan bahwa dunia mungkin memanas hingga 1,5°C pada awal 2030-an. Kenaikan suhu ekstrim ini disebut sangat mengancam beberapa negara dengan ancaman terendamnya daratan dan habisnya sumber air bersih.
Bukan hanya itu, ancaman perubahan iklim juga dialamatkan ke Indonesia. Hal ini disinggung oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden beberapa pekan lalu. Dalam pidatonya di kantor Direktur Intelijen Nasional AS, presiden negara adidaya itu menyebut bahwa Jakarta terancam tenggelam dikarenakan perubahan iklim yang saat ini sedang menghantui seluruh dunia.
“Departemen Pertahanan mengatakan apa ancaman terbesar yang dihadapi Amerika: perubahan iklim,” tegasnya dalam pidato itu sebagaimana dipublikasikan whitehouse.gov akhir Juli lalu.
“…Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?” Ujar Biden.
Sulaiman