Frater Silvester: Duta Damai Gereja Papua


Bogor, POJOKREDAKSI.COM – Natal tahun ini dipenuhi duka mendalam. Seorang calon imam Keuskupan Manokwari-Sorong dibunuh. Dia adalah Frater Silvester Hisage. Ia dibunuh oleh seorang yang hingga saat ini tidak diketahui keberadaan dan motifnya.

Frater Silvester lahir di Wamena dan sebelum kematiannya, ia tercatat sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur, Jayapura, Papua.

Ia dibunuh tepat pada hari kelahiran Yesus Kristus, Kamis pagi, (24/22/2020). Saat orang Katolik merayakan kelahiran Kristus, Fr. Silvester menghembuskan nafas terakhir. Tragisnya, jazadnya ditemukan di selokan, tepat di samping asrama Rusunawa Unversitas Cendrawasih (Uncen), persisnya beberapa jam setelah kelahiran Kristus.

Menurut Rektor STFT Fajar Timur Pastor Yan You, kematian Fr. Silvester seakan menambah luka di hati masyarakat Papua. Apalagi tindakan biadab ini terjadi sesaat umat Kristiani mempersiapkan diri memasuki Hari Natal. Ini mengusik kedamaian Natal.

“Semoga persoalan ini dapat titik cerah dan kita semua tidak terpancing apalagi membuat suasana Natal menjadi tidak damai,” ujarnya.

Kematian Fr. Silvester sebenarnya bukan uang pertama kali. Kekerasan dan pelanggaran HAM seakan menjadi santapan harian masyarakat Papua. Pojokredaksi.com merilis beberapa pelanggaran HAM yang terjadi.

Pertama, pelanggaran HAM di Paniai dengan kematian manusia Mee yang dilakukan oleh para aparat TNI yang terjadi pada 8 Desember 2014 dengan kematian Yulianus Yeimo, Apinus Gobai, Simon Degei, dan Alpius You.

Kedua, tindakan di Dogiyai pada 13 April 2011 dengan korban Dominikus Auwe dan Alwisius Waine. Sementara yang mengalami luka tembakan adalah Matias Iyai dan Albertus Pigome.

Ketiga, kekerasan kemanusiaan di Tolikara dengan kematian Arianto Kogoya dan Jumdi Wanimbo pada 25 Juli 2015. Sementara di Timika kematian pada 28 Agustus 2015 dengan kematian Yulianus Okowane.

Baca Juga :  Kepala Desa Terpilih Antar Waktu Desa Rawang Lama Resmi Dilantik

Maka kematian Fr. Silvester melengkapi duka yang mendalam bagi masyarakat Papua. Apa salah mereka sehingga kok selalu menjadi obyek pembunuhan?

Frater Silvester memang dikenal dengan suara lantangnya. Ia kerap memberi catatan kritis terkait ketidakadilan di ibu bumi, Papua. Berani menyuarakan hal-hal diskriminatif yang menimpa sesama saudaranya di Papua. Kepekaannya terhadap hal-hal yang tidak manusiawi di bumi bintang kejora itu, begitu tinggi.

Di media sosial, Fr. Silvester kerapkali mengungkapkan kritik pedasnya kepada pemerintah. Terakhir di laman Facebook, 8 Desember 2020, Fr. Silvester menulis, “Bersuaralah yang lantang atas kebenaran dan keadilan. Allah akan memihakmu”.

Pada hari yang sama, ia menulis dengan begitu emosional. “Bersuaralah yang lantang. Sebab suara kenabianmu akan bergema di negeri ini. Tulang belulang manusia Papua, leluhur Papua, alam Papua dan Allah selalu akan besertamu…”

Kerapkali juga Fr. Silvester diselimuti rasa sedih yang mendalam atas tanah Papua. Sampai-sampai ia menulis bahwa alam dan segenap ciptaan di tanah Papua akan mendoakan setiap pejuang keadilan.

Uskup Manokwari-Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega menjelaskan, tentu kematian Fr. Silvester jelas mendatangkan tanda tanya. Tetapi kita serahkan sepenuhnya kepada pihak yang berwajib.

“Setidaknya kematiannya menjadi tanda tanya sebab hal ini berada di luar kadar kemanusiaannya,” ungkapnya.

Fr. Silvester adalah seorang duta damai di Tanah Papua. Papua memiliki beberapa duta damai yang telah meninggal dunia. Sebut saja, Uskup Timika Mgr. John Philip Saklil dan Pastor Neles Tebay.

Beberapa waktu lalu ada juga kematian seorang katekis Rufinus Tigai. Rufinus telah bekerja di gereja sejak 2015. Dalam tugasnya, Rufinus menjadi pewarta di depan mimbar bersama dengan pastor.

“Selamat jalan Fr. Silvester. Engkaulah martir sebenarnya di Tanah Papua. Darah martirmu akan terus menuntut hadirnya para martir yang lainnya. Tenanglah dalam damai,” tulis Pastor Ibrani Gujangge, imam Keuskupan Timika di akun facebooknya.

Baca Juga :  Ternyata Ini Alasan Ketua PWI Sumut Mengatakan Kebebasan Berpendapat Itu Hak Semua Warga Negara


Tinus Wuarmanuk

POJOKREDAKSI.COM

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *