Terorisme Mengganggu Keutuhan Papua

Jakarta,POJOKREDAKSI.COM – Aksi terorisme yang terjadi di Merauke, Papua beberapa waktu lalu, mengganggu keutuhan dan kedamaian di tanah Papua. Organisasi Katolik Vox Point Indonesia turut prihatin atas terjadinya peristiwa tersebut. Vox Point Indonesia menilai aksi tersebut telah mencederai hati masyarakat Papua yang selama ini hidup rukun dan damai.

“Kami turut prihatin atas terjadinya ancaman terorisme di wilayah Merauke beberapa waktu lalu. Untuk itu, kita semua harus tetap waspada dan tetap menjaga hubungan baik sebagai sesama saudara umat manusia,” kata Dirsus Papua Dewan Pimpinan Nasional Vox Point Indonesia, Moses Morin dalam sambutannya pada Webinar menggapai aksi terorisme di Papua, Kamis (10/6/2021).

Moses mengatakan, keberadaan teroris di tanah Papua menambah beban dan persoalan bagi masyarakat Papua. Padahal selama ini, Papua cukup diperhitungkan soal toleransi. Meski diterpa oleh isu rasial dimana-mana, akan tetapi masyarakat Papua tetap berdiri tegak dengan toleransi, terbukti dari cara mereka menerima warga lain dari luar Papua.

Untuk itu, pihaknya akan terus memantau perkembangan di Tanah Papua termasuk kasus terorisme. Menurutnya aksi terorisme di tanah Papua menambah sederetan luka di wilayah ini.

“Ancaman terorisme di Papua sangat mengganggu. Kehadiran JAD juga mesti harus diwaspadai karena mereka benar-benar ingin memanfaatkan kondisi Papua saat ini,” kata dia.

Sementara Jus Felix Mewengkang, Konsultan Transformasi Konflik dan Dewan Pakar Vox Point Indonesia yang menjadi salah satu narasumber dalam diskusi itu menyoroti pentingya kerjasama lintas agama. Tujuannya untuk menghentikan perkembangan radikalisme dan terorisme di Papua.

Baca Juga :  Sri Mulyani Sebut Keberpihakan Pemerintah ke Papua Melebihi Daerah Lain

Ia juga menyoroti soal masuknya radikalisme belakangan ini di tanah Papua. Padahal, kata dia, masyarakat Papua sangat harmonis, mesti memiliki latar belakang yang berbeda-beda.

“Karena itu perlu adanya kerjasama bersama pengurus Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah untuk terus memantau kelompok radikal baik di Mushala maupun di Masjid,” kata dia.

Ia juga meminta kalau ada orang baru yang mencurigakan lebih baik dilaporkan. “Perlu ada pencegahan, dengan memantau orang-orang yang mencurigakan,” bebernya.

Ketua Vox Point DPW Merauke, Yoseph B. Gebze menjelaskan Merauke adalah kota yang sangat tinggi toleransi. Hal itu ditandai dengan keterbukaan masyarakat setempat terhadap warga dari luar wilayah Merauke. Karena itu, kata dia, tindakan terorisme akhir-akhir ini mengusik toleransi yang telah dibangun sejak lama.

“Kami berharap agar pemerintah dan pihak-pihak yang berwenang untuk perlu melakukan pencegahan dini terhadap kelompok terorisme ini. Bila perlu dilakukan penelusuran di titik-titik yang berpotensi kehadiran kelompok terorisme ini,” bebernya.

Senada dengan itu Tokoh Masyarakat Papua John Gluba Geze menjelaskan Bhineka Tunggal Ika harga mati di tanah Papua. Ia menyebut, masyarakat Merauke sudah sejak lama hidup berdampingan. Walaupun berbeda latar belakang suku, agama, ras dan golongan. Tapi, semua tetap bersatu.

“Meski Bhineka Tunggal Ika dibuat di Jakarta namun praktiknya di Merauke,” kata John Gluba untuk mengungkapkan kedamaian sebelum serangan terorisme terjadi.

Ia menuturkan keterbukaan masyarakat Merauke dengan arus masuk masyarakat dari luar mempunyai dampak positif. Namun di sisi lain, juga memiliki dampak negatif seperti masuknya terorisme. Karena itu kata dia, tindakan perventif harus dilakukan, termasuk oleh Vox Point Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah, TNI, Polri, BAIS, BIN, BNPT dan Densus 88.

Baca Juga :  Bantuan Kuota Internet Untuk Tahun 2021 Diberikan Lagi Oleh Mendikbud, Dengan Syarat?

Sebaliknya ia meminta agar tidak melakukan represif dalam penanganan terorisme yang meresahkan warga Merauke. “Embrio terorisme sungguh nyata bersamaan dengan transmigrasi. Itu tergambar dari aksi kelompok teroris Jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) kemarin.”

“Ini sudah masif, karena itu kita langsung tindakan perfentif saja. Hal itu agar tidak meluas dan mengancam kedamaian di tanah Papua,” jelasnya.

Diketahui Densus 88 mengamankan 11 anggota JAD Papua di Merauke pada Jumat 28 Mei 2021 lalu. Densus 88 juga mengamankan berbagai barang bukti. Penangkapan ini dilakukan di beberapa distrik (kecamatan) yang ada di kabupaten Merauke, di antaranya, Distrik Kurik, Tanah Miring, Jagebob dan beberapa lokasi di dalam kota Merauke.

Kelompok teroris JAD menargetkan pemboman Gereja Katedral Merauke dan menyerang Uskup Petrus Kanisius Mandagi. Uskup Mandagi mengakui, dirinya telah menjadi target serangan 2 kali.

Pertama pada Januari 2021 dan yang kedua adalah pada Mei 2021. Namun aksi para teroris tersebut dapat dihentikan oleh densus 88. Mereka diduga terlibat kasus bom Gereja Katedral Makassar, selain itu terlibat dalam sejumlah aksi di Poso bahkan penyerangan di Thamrin Jakarta.

Norben Syukur

POJOKREDAKSI.COM

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *