Manokwari, POJOKREDAKSI.COM – Pemuda Katolik Papua Barat menggelar Konferensi Pemuda Katolik Se-Papua Barat. Kegiatan ini bertujuan memperkuat soliditas organisasi agar bermanfaat bagi Gereja dan bangsa Indonesia. Sebagaimana dalam tema yakni “Membangun Solidaritas Dan Soliditas Pemuda Katolik Menuju Peran Nyata Bagi Gereja Katolik, Pemerintah, dan Masyarakat di Tanah Papua.”
Dalam rilis yang diterima Pojokredaksi, tema ini dilatarbelakangi beberapa hal. Pertama, Pengurus Pusat Pemuda Katolik berdasarkan amanat Kongres XVII Kupang 2018 melakukan konsolidasi organisasi di seluruh indonesia; dalam hal ini komda-komda yang masih bersifat caretaker perlu segera melakukan Musyawarah Komisariat Daerah (muskomda) supaya terbentuk kepengurusan yang definitif.
Sepenarian dengan itu komda-komda juga perlu melakukan konsolidasi organisasi secara utuh melalui mapenta (masa penerimaan anggota) dan muskomcab (musyawarah komisariat cabang). Dalam hal ini Komda Papua Barat selama kepengurusan komda periode 2018-2021 telah melaksanakan muskomcab di 12 kabupaten.
Dari sisi konsolidasi organisasi, Komda dan seluruh Komcab Pemuda Katolik Papua Barat telah definitif; utuh prosesnya, utuh juga strukturnya. Meski demikian Komda Pemuda Katolik Papua Barat menilai bahwa keutuhan konsolidasi organisasi tidak cukup. Komda Pemuda Katolik Papua Barat memandang pentingnya kesatuan antar kelompok/golongan/organisasi kaum muda Katolik seluruh Papua Barat. Maka konferensi ini melibatkan PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), OMK (Orang Muda Katolik), bahkan ormas WKRI (Wanita Katolik Republik Indonesia).
Kedua, sehungan dengan poin di atas, Pemuda Katolik Komda Papua Barat memandang perlunya suatu konferensi yang mepersatukan semua elemen organisasi Katolik Se-Papua Barat untuk dapat lebih berkontribusi bagi tanah Papua Barat dan Gereja.
Ketiga, pelaksanaan konferensi ini sejalan dengan visi misi organisasi Pemuda Katolik yang termaktub dalam semboyan “pro ecclesia et patria.” Komda Pemuda Katolik Papua Barat dibawah kepemimpinan Ketua Komda Yosepha Faan memandang bahwa makna keteruntukkan organisasi bagi Tanah Air Indonesia dimulai dari kontribusi pengurus daerah bagi daerahnya masing-masing.
Dalam konteks ini kontribusi Pemuda Katolik Papua Barat bagi Indonesia, dimulai dengan keterlibatan Komda Papua Barat dalam isu dan persoalan di Tanah Papua Barat. “Pemuda Katolik Papua Barat memiliki kewajiban moral untuk terlibat dan melibati kehidupan sosial politik, Gereja di Indonesia dan terutama, di Papua Barat,” Ketua Komda Yosepha Faan.
Pelaksanaan
Dalam rapat pengurus Komda Papua Barat, ditetapkan Aloysius Paulus Siep sebagai ketua panitia Konferensi Pemuda Katolik Se-Papua Barat. Aloysius adalah politisi Partai Perindo, dan sekaligus anggota DPRD Kabupaten Manokwari. Konferensi ini telah disetujui oleh hirarki, dalam hal ini Mgr. Hilarion Datus Lega (Uskup Manokwari-Sorong), dan pemimpin daerah, Drs. Dominggus Mandacan M.Si (Gubernur Papua Barat).
Konferensi ini dilaksanakan pada 27-29 September 2021 di Hotel Aston Niu Manokwari. Lebih dari 100 orang menghadiri Konferensi ini. Terdiri dari kader Pemuda Katolik, OMK, PMKRI, dan WKRI Se-Papua Barat.
Ketua panitia menggaris bawahi bahwa konferensi ini penting bagi persatuan, solidaritas dan soliditas seluruh unsur organisasi atau komunitas Gereja Katolik yang ada di Papua Barat. Dengan persatuan soliditas ini, maka Pemuda Katolik dan komunitas Katolik lainnya dapat membangun komunikasi yang sehati sejiwa , persaudaraan lintas suku, agama, budaya, bahkan dengan pemerintah di Papua Barat.
Hadir pada kesempatan itu Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan Papua Barat Nikolas Untung Tike, yang mewakili Gubernur Papua Barat. Dalam sambutan tertulisnya, Gubernur menyebutkan bahwa Pemuda dan masa depan ibarat “manusia dan udara”. Adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena telah menjadi kodrat bagi pemuda itu sendiri yang sering disebut – sebut sebagai masa depan, tunas bangsa, dan pelanjut generasi.
Sejarah, kata dia, telah membuktikan bahwa pemuda turut berandil dalam rangkaian upaya pembangunan bangsa. Bahkan, ketika kita berbicara tentang sejarah bangsa Indonesia, pembicaraan tersebut tidak bisa terlepas dari konteks kepemudaan.
Gubernur Papua Barat berharap agar Pemuda Katolik dapat berkontribusi maksimal untuk kejayaan Bangsa Indonesia. “Saya mengajak segenap kaum muda katolik, khususnya yang berada di kabupaten/kota se – provinsi Papua Barat, agar dapat menyadari tanggung jawabnya sebagai pemuda, menyadari tugas panggilannya di tengah-tengah pemerintah, gereja dan masyarakat untuk mewujudkan keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati di tanah papua.”
Pemimpin Bertujuan Melayani
Sementara Uskup Monokwari-Sorong, Hilarion Datus Lega yang diwakili Pastor Bernath Bofitwos menyoroti peran Pemuda Katolik bagi Gereja dan Tanah Air dalam mewujudkan Keadilan Sosial, Kemanusian, dan Persaudaraan Sejati di Tanah Papua.
Uskup Hilarion menyebut dasar teologis-kristologis pemimpin kristiani; dimana Allah Bapa pemimpin utama Allah Putra, pemimpin sejati. Kepemimpinan Yesus Kristus adalah kepemimpinan diakonia (pelayanan), kepemimpinan pada hakekatnya adalah bertujuan melayani.
Dalam kesimpulannya, Uskup Hilarion mengatakan, menjadi seorang pemimpin, harus memiliki mentalitas melayani, rela berkorban, sederhana, rendah hati, dan berpendirian teguh serta berpegan teguh pada prinsip kebenaran. Menjadi seorang pemimpin yang bermentalitas melayani atau sebagai abdi Allah (servus servorum Dei) dan masyarakat (servus popoli), hendaknya bercermin diri terus-menerus di depan cermin ilahi dan mengacu kepada nilai-nilai budaya yang baik.
”Sebagai pemimpin sejati, hendaknya belajar memperbaiki diri, mengoreksi diri, mengendalikan diri (emosinya), dan menguasai diri sebelum tampil memimpin orang lain. Dengan perkataan lain, menjadi pemimpin sejati bagi masyarakat hendaknya memiliki beberapa sikap dan sifat, seperti MELAYANI, MENGABDI, BERKORBAN, DAN BERANI mengatakan kebenaran dan menolak manipulasi, rekayasa dan kebohongan.”
Sementara Wakil Sekjen Pengurus Pusat Pemuda Katolik, Edward Wirawan mengapresiasi pelaksanaan Konferensi Pemuda Katolik Se-Papua Barat. Edward menyebut konferensi ini adalah sebuah defining moment, dimana Pemuda Katolik Papua Barat bertransformasi menjadi pelayan (pemimpin), bagi Komunitas-Komunitas Katolik di Papua Barat dan bahkan bagi Komunitas Masyarakat lainnya. Edward melanjutkan, kerja konsolidasi organisasi bukanlah akhir tetapi sebuah permulaan untuk lebih terlibat dalam persoalan sosial kemasyarakatan dan gereja.
Ia mengatakan tujuan konsolidasi adalah keutuhan organisasi. Dengan organisasi yang utuh dan kosolidatif, maka pemuda katolik siap untuk terlibat dalam persoalan gereja bangsa dan negara. Analoginya, konsolidasi organisasi seperti seorang sopir memperbaiki kendaraan truk yang rusak menjadi baik. Dengan kendaraan truk yang baik, sang sopir tersebut, bisa melakukan kerja seperti angkat pasir atau kerja lainnya. Sopir truk tersebut menjadi produktif. ”Inilah mengapa, konsolidasi, konferensi ini saya sebut sebagai defining moment Pemuda Katolik Komda Papua Barat.”
Ervan Tou