Surabaya, POJOKREDAKSI.COM – Surabaya Raya saat ini telah memasuki PPKM level 3, khususnya wilayah Surabaya yang kasus aktif COVID-19 varian omicron di Surabaya terus meningkat dan didominasi anak usia 5-17 tahun. Dari total kasus aktif, ada 17,39 persen anak yang terjangkit COVID-19 varian Omicron.
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi mengungkapkan jika peningkatan kasus covid 19 ini terjadi karna peningkatan aktifitas dan mobilitas yang tinggi, khususnya dari orang tua yang memicu munculnya klaster keluarga.
“Rata-rata anak yang terpapar COVID-19 didominasi usia 5-17 tahun, karena mobilitas yang tinggi khususnya klaster keluarga. Kasus Omicron pada anak, sebesar 17,39 persen dari total kasus Omicron yang terkonfirmasi di Kota Surabaya,” ungkap Eri. Kamis, (17/2/2022).
Tingginya jumlah anak yang terpapar juga disebut karena sebagian terlambat melakukan vaksinasi. Sebab, vaksinasi anak dilakukan terakhir setelah lansia dan orang dewasa.
“Kalau dulu kita gerakkan vaksin untuk yang 18 tahun ke atas. Mereka sudah 2 dosis lengkap, bahkan sudah ada yang booster. Kalau anak-anak kan baru saja. Tapi kalau yang sudah vaksin, InsyaAllah gejalanya ringan dan cepat sembuh,” tambah Eri.
Karenanya, Eri meminta orang tua untuk memperhatikan protokol kesehatan di rumah saat mendampingi anak. Sebab, anak juga rawan terpapar COVID-19, khususnya varian Omicron.
“Tolong perhatikan untuk para orang tua,agar selalu jaga protokol kesehatan saat mendampingi anak-anaknya,” jelas Eri.
Sementara itu Kepala Dinkes Surabaya, Nanik Sukristina mengatakan anak-anak memang mudah terpapar saat melakukan aktivitas, terutama di tempat umum atau di ruang publik.
“Kegiatan di tempat umum terbukti mendominasi kasus COVID-19 varian Omicron pada anak-anak,” kata Nanik.
“Ketika melakukan isolasi di HAH, orang tua dapat mendampingi anak-anak mereka di sana, hingga anak tersebut dinyatakan sembuh,” tambahnya.
Dia menambahkan, COVID-19 varian Omicron rata-rata menimbulkan gejala ringan atau tanpa gejala. Proses penyembuhan membutuhkan waktu 3-7 hari. Serta, tetap disarankan untuk melakukan isolasi mandiri selama 10-14 hari.
“Ini merupakan masa isolasi optimal meskipun hasil swab sudah negatif. Bahkan ada yang lebih cepat sesuai dengan daya tahan tubuh masing-masing pasien,” tutup Nanik.
(Sigit Santoso)