Kabid Humas KBMTR: Kebebasan Menyatakan Pendapat Jangan Sampai Menghancurkan Persaudaraan

Beberapa anggota KBMTR yang terlibat dalam aksi di Monas, Jakarta, Kamis, 19/11/2020/Dok. KBMTR
Jakarta, POJOKREDAKSI.COM– Kepulangan Rizieq Shihab (HRS) ke Indonesia pada Selasa, (11/11/2020) tampaknya menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Setidaknya gelombang pro dan kontra di kalangan masyarakat terus mencuat hingga hari ini.

Banyak yang mengelu-elukan kedatangan Imam Besar Front Pembela Islam itu, setelah tiga tahun lamanya berada di Arab Saudi. Bahkan pengikutnya yang berasal dari daerah pun rela datang ke Jakarta untuk menyambut HRS. Mereka berjibaku di Bandara Soekarno Hatta tanpa mengindahkan protokol kesehatan.

Aksi Damai Anak-anak Indonesia Timur di Monas, Jakarta Pusat, Kamis, 19/11/2020/DOk. Pribadi

Namun, tampaknya tidak hanya pendukung Habib Rizieq, sejumlah masyarakat yang masih berpandangan negatif terhadapnya juga tidak sedikit. Terbukti, pasca tiba di Indonesia tagar yang berkaitan dengannya selalu trending dalam dua hari ini. Banyak tokoh bahkan menilai kepulangan HRS menjadi “ancaman” serius bagi persatuan dan kesatuan bangsa.

Hal ini sebagaimana disampaikan dalam orasi damai pendemo yang bergabung dalam kelompok Anak-anak Indonesia Timur yang berasal dari sejumlah daerah di Indonesia Timur seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur, Makassar dan Papua di Monumen Nasional, Jakarta, Kamis, (19/11/2020).

Bukan Kumpulan Preman

Beberapakali dalam orasi, sang pemimpin orasi menyebutkan dukungan Anak-anak Indonesia Timur kepada pemerintah dalam berusaha menciptakan situasi yang aman, damai, dan tentram bagi masyarakat.

Dirinya menyebutkan dengan jelas bahwa HRS tidak menjadi contoh tokoh agama yang memberi rasa kesejukkan bagi kerukunan, sebaliknya selalu menciptakan situasi pro dan kontra di tengah masyarakat.

Secara khusus kepada Anak-anak Indonesia Timur, orator meminta kepada pemerintah dan masyarakat agar tidak melihat anak-anak Indonesia Timur sebagai kumpulan para preman, tetapi orang-orang yang memiliki hati untuk negara ini.

Baca Juga :  Untuk Papua, Pemuda Katolik Dukung Slogan Panglima Baru, TNI Adalah Kita

“Anak-anak Indonesia Timur bukan kumpulan preman, tetapi memiliki hati akan apa yang terjadi di negara ini,” sebut sang orator.

Selanjutnya ia menilai kepulangan HRS bukan memperbaiki kerukunan di negar aini, sebaliknya menghancurkan. “Kepulangan Rizieq bukan memperbaiki kerukunan di negar ini, malahan menghancurkan. Kami minta kepada para petinggi untuk melihat situasi ini,” serunya.

Anak Adat

Sementara itu, Kepala Bidang Humas Keluarga Besar Maluku Tenggara (KBMTR) Petrus Liwurngorwaan memberi klarifikasi dalam pernyataan lisan kepada Pojokredaksi.com bahwa beberapa anggota KBMTR memang ikut dalam aksi damai ini, tetapi kehadiran mereka tidak dengan maksud ikut terlibat secara langsung apalagi mengatasnamakan organisasi. Hanyalah panggilan rasa persaudaraan sebagai anak Indonesia Timur.

Kehadiran KBMTR dalam aksi itu semata-mata tak lain untuk meminta klarifikasi dan mencari informasi yang akurat tentang tujuan dan apa kepentingan di balik aksi itu. Hal ini dimaksudkan supaya anggota KBMTR jangan sampai terprovokasi isu-isu dari luar KBMTR yang disulut dari saudara-saudara dari luar organisasi yang hendak memecah belah organisasi.

Para penmbina, penasehat, dan seluruh pengurus KBMTR menegaskan bahwa KBMTR tidak punya keinginan atau kepentingan politik apapun terkait aksi dimaksud. Sebab kami menjunjung tinggi persaudaraan. Dalam organisasi kami ada Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Kami semua bersaudara tanpa sekat perbedaan,” sebut Petrus.

Petrus mengatakan KBMTR selalu berusaha menyuarakan sesuatu yang dianggap tidak sejalan dengan etika dan adat-istiadat yang hidup di tengah masyarakat khususnya yang dihidupi di Maluku Tenggara. “Ada suara hati untuk berbuat sesuatu bila perasaan damai tidak lagi sejalan dengan kebiasaan hidup Orang Tenggara (Ortega). Maka itu, harus dimaklumi keterlibatan dalam aksi damai ini bahwa ada sesuatu yang perlu diluruskan dalam hal menciptakan hidup damai,” sebut Petrus.

Baca Juga :  Pemkab Asahan Dukung Renbang Stasiun Peringatan Dini Bakamla RI
Petrus Liwurngorwaan/Dok. Pribadi

Sebagai warga negara, Petrus tak menyangkal bahwa kebebasan menyatakan pendapat adalah hal yang diatur oleh Undang-undang Dasar. Di mana kemerdekaan menyatakan pendapat sesuai dengan Hak Asasi Manusia. “Setiap warga negara bebas mengemukan pendapat untuk menyampaikan pendapat, pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagai secara bebas dan bertanggung bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” ujar Petrus.

Himbauan Persaudaraan

Namun, Petrus mengingatkan bahwa jangan sampai ada kebebasan yang kebablasan. Sebab kemerdekaan menyatakan pendapat harus sesuai jalur dan sesuai dengan aturan yang berlaku. “Jangan sampai bukan mencari solusi bagi pedamaian bangsa, sebaliknya menciptakan polemik baru di tengah masyarakat,” ungkap kelahiran Sofyanin, Kecamatan Yaru, Kabupaten Kepulauan Tanimbar ini.

Secara khusus kepada KBMTR, Petrus meminta agar jangan sampai ada potensi kehancuran dalam organisasi. Apapun itu isu yang ada di tengah masyarakat menyangkut kerukunan umat beragama, atau isu-isu politik yang dibalut bendera keagamaan jangan sampai memicu pertengkaran antar di kubuh KBMTR. “Persoalan dalam kubuh KBMTR harus diselesaikan sebagai satu keluarga, anak adat yang lahir dan dibesarkan dalam ‘satu kandungan’ di tanah Maluku Tenggara Raya,” tambahnya.

“Saya berharap kebebasan menyatakan pendapat adalah hal yang benar-benar demi kemajuan bangsa. Jangan sampai ada berbagai isu yang membungkus aksi-aksi itu yang pada akhirnya membuat kehancuran baik di tengah ormas sendiri atau masyarakat luas,” harap Petrus.

Di akhir pesannya, Petrus meminta kepada setiap anggota KBMTR agar tidak mudah perpancing dengan gerakan-gerakan politik yang menggunakan agama sebagai dasar perjuangan. Sebagai orang beragama hendaknya kita selektif melihat isu-isu yang ada. “Segala keputusan selalu dibicarakan sesuai dengan ADRT KBMTR agar dapat dipertanggungjawabkan secara baik,” demikian Petrus.

Baca Juga :  TPDI: Gerakan Islam Radikal Mulai Resahkan NTT

Tinus Wuarmanuk

POJOKREDAKSI.COM

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *