Gelombang Omicron Meningkat, Warga Diingatkan Tetap Tenang dan Patuhi Prokes

reni astuti surabaya

Surabaya, POJOREDAKSI.COM – Serbuan gelombang kasus Omicron di Indonesia terus bertambah, warga Kota Surabaya diminta tetap tenang dan tidak perlu cemas menghadapi gelombang ketiga kasus covid-19 saat ini. Apalagi saat ini capaian vaksinasi untuk warga juga sudah tinggi.

Bahkan Pemkot Surabaya melalui dinas kesehatan terus mengadakan vaksinasisi dosis ketiga (Booster).

“Harus terus dibangun optimistisme. Kita yakin dengan bekerja bersama-sama, kita bisa melalui gelombang ketiga ini,” kata Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti. Senin, (14/2/2022).

Bahkan pimpinan Dewan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini pun bisa merasakan dampak kejenuhan dalam menghadapi virus ini.

Karena dampak dari penyebarannya berakibat pada aktivitas yang tidak bisa leluasa dan serba dibatasi belum lagi diikuti dampak ekonomi.

Saat ini, yang diperlukan adalah penguatan protokol kesehatan (prokes) 5M.

Warga saat ini sudah memiliki kebiasaan dalam menerapakan prokes.

Reni yakin, lonjakan kasus saat ini akan bisa dilalui.

Dia mengajak semua warga Surabaya untuk mempunyai karakter hidup sehat dan bersih.

“Saat ini warga juga sedang menantikan momentum bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Tentu kita harapkan penyebaran covid bisa ditekan, sehingga dua momen itu bisa dilalui dengan bahagia. Butuh kolaborasi semua pihak. Mari makin adaptif dan bahagia,” kata Reni.

Status pandemi di Kota Surabaya saat ini berada di PPKM Level 2.

Oleh karena itu, Reni meminta kepada semua warga Surabaya agar tidak meremehkan virus Omicron.

Baca Juga :  Oknum Petinggi Satpol PP yang Terlibat Kasus Pengelapan Akhirnya Ditetapkan Sebagai Tersangka oleh Kejaksaan Negeri Surabaya

Pasalnya, dampak ekonomi dan kesejahteraan warga akan kembali terjadi apabila warganya tidak patuh protokol kesehatan.

Fokus saat ini adalah mengendalikan agar Surabaya tidak masuk ke PPKM Level 3, jangan lupa semakin banyak kasus positif.

Dari virus yang dibawa oleh orang yang terpapar kemudian menulari kaum rentan, lalu Bad Occupancy Rate (BOR) di rumah sakit (RS) meningkat ini yang menjadi penentu naiknya level PPKM yang ditentukan oleh Inmedgari.

“Dampaknya begitu besar pada ekonomi dan kesejahteraan warga. Belum lagi, bantuan sosial bagi masyarakat belum ada,” pungkas Reni Astuti.


(Sigit Santoso)

POJOKREDAKSI.COM

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *