Puluhan Pasutri Kampung 1001 Malam Diambang Perpisahan Jika Wacana Relokasi Tahap 3 Dilanjutkan

kampung 1001 malam

Surabaya, POJOKREDAKSI.COM – Dampak akan adanya wacana relokasi Tahap 3, untuk warga yang tinggal di Kampung 1001 Malam ke Rusunawa membuat banyak warga yang dilanda kecemasan, akan hidup dan rumah tangga mereka yang telah dijalani selama puluhan tahun.

Walikota Surabaya Eri Cahyadi dan Kepala Dinas Kota Surabaya Ana Fajriatin, akan menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas kehancuran rumah tangga pasangan suami istri yang ada di Kampung 1001 Malam, Kelurahan Dupak, Kecamatan Krembangan, Surabaya.

Kebijakan yang diambil Pemerintah Kota Surabaya akan merelokasi warga Kampung 1001 Malam, tak hanya membuat banyak warga akan mengalami kehancuran pada rumah tangga, namun juga akan berimbas kepada anak-anak mereka yang kemungkinan besar akan terlantar pasca berpisahnya kedua orang tuanya.

“Kalau memang terjadi relokasi kemungkinan akan banyak pasutri yang akan berpisah, karena para suami merasa keberatan jika tinggal di rusunawa, jadi akan banyak para wanita yang akan menjadi janda dan ratusan anak-anak akan banyak yang terlantar, karena adanya relokasi dan berpisahnya kedua orang tua mereka” kata Andre selaku Anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kampung 1001 Malam, Sabtu (4/2/2023).

Lebih lanjut Andre mengatakan, jika memang harus direlokasi harusnya kan ada surat pemberitahuan dulu kalau gak boleh menempati lahan disini, ini tanah siapa, untuk apa, kan warga juga ingin tahu? Itulah yang diinginkan banyak warga.

“Warga disini ingin tahu, ini lahan milik siapa dan mau dibuat apa, karena dari dulu kita tanya status lahan sering dipingpong,” ujar Andre.

Baca Juga :  Wakil Wali Kota Surabaya Armuji Himbau Masyarakat Manfaatkan BLT dengan Benar

Lanjut Andre, kebijakan yang diambil Pemerintah Kota Surabaya yang akan merelokasi warga Kampung 1001 Malam, tak hanya membuat banyak warga akan mengalami kehancuran pada rumah tangga, namun juga akan berimbas kepada anak-anak mereka yang kemungkinan besar akan terlantar pasca berpisahnya kedua orang tuanya.

Karena dalam merelokasi dan pendataan tahap 1 dan 2, pihak yang berwenang khususnya kepala Dinas Sosial Surabaya Ana Fatjriatin, kurang pendekatan yang humanis malahan dengan mengadu domba antar warga.

“Biasanya kan kalau mau relokasi harus ada surat dulu kalau mau ada pengosongan lahan, dan jika memang akan direlokasi tolonglah jangan lakukan hal yang kurang etis, dengan melakukan pengancaman dan mengadu domba warga,” kata Andre.

“Dan kalau memang terjadi relokasi kemungkinan akan banyak pasutri yang akan berpisah, karena para suami merasa keberatan jika tinggal di rusunawa, jadi akan banyak para wanita yang akan menjadi janda dan ratusan anak-anak akan banyak yang terlantar, karena adanya relokasi dan berpisahnya kedua orang tua mereka” sambungnya.

Ia menambahkan, jika hidup di rusun apakah menjamin kehidupan warga akan jadi lebih baik, soalnya kemarin warga yang sudah direlokasi masih ada warga yang kehidupan kurang sejahtera, apalagi biaya sewa di rusun terlalu mahal, Rp 250.000 perbulan belum termasuk air dan listrik, meski Pemerintah Kota Surabaya sendiri menjanjikan pekerjaan bagi warga yang direlokasi ke rusunawa.

“Walikota sendiri memang memberi pekerjaan, namun tak menjamin kehidupan menjadi lebih baik, contoh saja warga yang kemarin direlokasi ke rusun masih ada yang mengamen dan mengemis buat makan tiap hari, apa nanti Pemerintah Kota bisa menjamin jika warga yang berjumlam 108 KK direlokasi nanti tidak akan jadi pengemis, seperti warga yang sudah direlokasi,” tambahnya.

Baca Juga :  Wanita Paruh Baya Ditemukan Meninggal dengan Kondisi Membusuk di Rusunawa Romokalisari

Ia menegaskan, banyak warga Kampung 1001 Malam yang merasa kecewa dan membandingkan dengan Walikota yang dulu Pak Wisnu Sakti Buana, kalau dulu sebelum jadi Walikota warga disuruh pilih beliau dan para pengurus diminta untuk sosialisasi serta menempelkan stiker-stiker di rumah-rumah agar warganya pilih Calon Eri-Ji.

“Warga banyak yang kecewa kepada Pak Eri dulu disuruh pilih sekarang malah direlokasi, tak seperti Walikota yang dulu pak Wisnu Sakti Buana yang turun langsung mendengarkan aspirasi warga, serta membantu warga dengan cara membangun MCK untuk warga Kampung 1001 Malam,” tegasnya.

Perlu diketahui jika warga yang kemarin sudah direlokasi memang sudah diberi pekerjaan, namun banyak warga yang masih kesulitan untuk buat makan sehari-hari selama tinggal di rusun, karena selama di rusun warga banyak yang belum punya uang.

“Yang saya dengar dari warga yang sudah di rusun, Pemkot hanya memberi makan selama 6 hari pasca direlokasi, setelah mendapat pekerjaan, makan sudah tidak diberi oleh Pemkot, lah untuk kelanjutan makanya sehari-hari bagaimana, apa harus nunggu gajian satu bulan baru bisa makan,” tegasnya.

Ia menjelaskan, jika program Pemkot untuk mengentas kemiskinan memang bagus, namun alangkah baiknya dalam kebijakan Pemkot yang mau merelokasi warga ke rusunawa, warga Kampung 1001 Malam di ajak untuk berdialog, biar Pemkot tahu apa keinginan warga.

“Warga mintanya Walikota berdialog dulu dengan warga secara langsung, jadi warga juga tahu tujuan relokasi ini untuk apa, jika memang tinggal di Kampung 1001 Malam tidak layak huni, kenapa baru sekarang mau direlokasi setelah puluhan tahun tinggal, dulu-dulu kemana Pemkot kenapa kok gak diperhatikan, ada apa,” pungkasnya.

(Sigit Santoso)

POJOKREDAKSI.COM

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *